Saat aku sedang duduk - duduk di depan masjid, bersama para calon wisudawati lainnya. Aku sempat termenung, benarkah ini aku sebentar lagi wisuda?
Apa ini mimpi? Tapi jika benar ini mimpi, siapapun tolong jangan bangunkan aku. Tapi nyatanya ini bukanlah mimpi. Aku tak menyangka sudah mau lulus dari kampus ini.
Waktu benar - benar berjalan dengan cepat, perasaan baru kemarin aku menjadi maba, dan sekarang aku sudah menjadi calon wisudawati saja.
TING!
Suara notifikasi hp-ku membuatku kembali sadar ke dunia nyata.
Ustadz Gilang Tengil : Syahila dimana? Dimana?
Aku menghembuskan nafas kasar saat melihat notifikasi tersebut.
Di depan masjid, kenapa?
Ustadz Gilang Tengil : Oh sini ke pasca, mau foto sama ustadz Ulwan gak? Ternyata ustadznya ada di pasca.
Gedung pasca tuh yang mana?
Ustadz Gilang Tengil : Pas depan lapangan loh, deket kok dari masjid. Ana depan lapangan.
Lapangan mana?
Ustadz Gilang Tengil : Tau lapangan bola? Rumput.
Membaca balasan dari ustadz Gilang aku merutukiku diriku sendiri. Kenapa pula aku menanyakan lapangan yang mana? Otak memang kadang - kadang konslet.
Apa nanti aja kali ya? Ana juga belum bawa apa - apa loh tadz buat beliau. Nanti ajalah.
Ustadz Gilang Tengil : Ye... Gimana sih? Ana di pasca nih nungguin ente. Gak ada orang disini, sepi. Sini aja, lurus.
Yakali ana sendiri kesana sih tadz, jangan ngadi - ngadi.
Ustadz Gilang Tengil : Lagian gak ada orang santai aja sih.
Justru itu loh karena gak ada orang, bikin takut ana dikira macem - macem pula. Engga ah, nanti aja.
Tapi karena aku penasaran juga sama gedung pasca, akhirnya aku memberanikan diri untuk melangkah ke sana.
Akupun sempat bertanya kepada mahasiswi pasca letak gedung Pascasarjana itu di mana. Setelah di tunjukan, dan aku mengerti. Aku pun tak lupa mengucapkan terima kasih.
"Mau nyari kakaknya ya?" Tanya mahasiswi itu. Aku hanya tersenyum.
TING!
Lagi - lagi nada notifikasi terdengar dari hp-ku.
Ustadz Gilang Tengil : Mana ente?
Aku memotret apa yang ada disekitarku dan mengirimkannya ke ustadz Gilang.
Ustadz Gilang Tengil : Nah itu, sini lurus aja.
Ustadz Gilang pun memotret lokasi persisnya keberadaannya. Namun saat semakin aku melangkahkan kaki, rasanya hatiku semakin menolak.
Seakan ada bisikan, yang kamu lakukan ini salah Syahila! Cepatlah kembali sebelum terlambat.
Tanpa pikir panjang, aku berjalan memutar arah, kembali ke masjid. Setelah itu aku memutuskan untuk menghubungi ustadz Ulwan bertanya apakah hari ini beliau bisa di temui atau tidak.