"Yulia adalah segalanya bagiku. Kini dia sudah tiada. Untuk apa aku terus hidup? Lebih baik aku mati saja!" teriak Ryan sambil meronta. Para petugas yang memegang tangannya terlihat kepayahan. Sedang di luar jeruji, terlihat pasangan paruh baya. Sang suami tampak marah besar dan melontarkan sumpah serapah pada pemuda itu. Sang istri hanya menangis sambil berulang kali menyebut nama Yulia.
"Dasar penjahat. Jangan bersandiwara lagi. Bagaimana bisa kau melakukannya? Kami sudah mempercayaimu untuk menjaga putri kami, tapi kau malah membunuhnya dengan keji. Seharusnya sejak awal kami tidak merestui hubungan Yulia denganmu," ucapnya keras.
"Kau ingin mati bukan? Kalau begitu mati saja. Ganti nyawa putri kami dengan nyawamu."
Pria berambut kelabu tersebut mendengus sambil tertawa mengejek.
"Kurasa kau tidak akan berani, Pengecut."
Keributan semakin riuh. Ryan terus berteriak sambil berusaha melepaskan diri dari cekalan petugas.
Raynold segera menengahi dan melerai mereka. Pria itu juga membawa keluarga Yulia menjauh untuk menenangkan diri. Meski begitu, mereka masih saja terus memaki. Sedang di ruang tahanan, Ryan jatuh terduduk di lantai sambil menangis tersedu.
***
Raynold kembali menemui Zefanya. Gadis itu masih saja duduk termenung di meja kerjanya. Ruang kerja mereka tersebut tidak seberapa besar. Beberapa petugas tampak tengah berjalan mondar-mandir. Menangani kasus yang masih saja berdatangan.
Zefanya mengangkat wajah menatap Raynold saat pria itu duduk di hadapannya.
"Mereka semua sedang menjaganya.Kurasa dia tidak akan bisa bertindak nekat," ucap Raynold lagi.
"Semuanya tetap saja sama. Kita bahkan tidak tahu pelaku sesungguhnya. Pembunuhan mungkin akan terus terjadi," ujar Zefanya pelan. Raynold diam. Zefanya memang benar. Kasus yang mereka hadapi kali ini tidak ubahnya sebuah benang kusut tanpa akhir. Tidak ada yang tahu pelaku sesungguhnya.
'Orang tersebut bersembunyi di balik mereka yang akhirnya menjadi tersangka, tapi siapa yang bisa berbuat seperti ini? Apa mungkin ...?'
"Menurutmu apa mungkin pelakunya bukan manusia atau memiliki kekuatan gaib?" tanya Raynold.
"Kamu percaya dengan hal klenik semacam itu?" Zefanya balas bertanya. Pria yang telah hampir setahun menjadi rekannya itu diam. Zefanya juga kembali termenung. Dia tidak pernah percaya hal seperti itu dan dia tahu Raynold juga tidak. Mereka adalah detektif yang selalu berpikir ilmiah dan rasional. Namun saat ini mungkin hanya itu penjelasan masuk akal bagi keduanya.
***
Wanita itu duduk bersandar di lantai sambil menangis tersedu. Sosok mayat seorang pria yang kurus dan mengering berada di hadapannya. Ia sama sekali tidak tahu apa yang terjadi. Bercak-bercak darah bahkan mengotori lantai rumah berukuran sedang tersebut.