Darkpunzel

Art Fadilah
Chapter #15

15. Sagita Bella (2)

Gadis berambut hitam yang sering terikat satu tanpa poni itu bernama Sagita Bella. Anak satu-satunya dari keluarga Birawa. Ibu Bella bernama Manda Permata, bekerja sebagai aktris terkenal sedangkan ayah Bella bernama Damar Birawa, bekerja sebagai pengusaha.

Bella dikaruniai oleh banyaknya kekayaan yang melimpah ruah, hidupnya mudah dan menyenangkan. Apa yang diinginkannya akan segera dikabulkan. Dari dulu sampai sekarang, Bella hampir tidak pernah merasa kesusahan. Sifatnya mudah berbaur, tersenyum juga tertawa, Bella menikmati semua masa kanak-kanak bersama Damar dan Manda. Bagaimana mungkin, seorang Bella yang sedari awal tak pernah merasa sedih, diberikan masalah berat mengenai keretakkan hubungan orang tuanya? Bella tidak pernah mempermasalahkan disudutkan, untuk yang menjadi sempurna, selama dengan hal itu bisa membuat keluarga mereka baik-baik saja. Bella tidak masalah.

Bella tidak terlahir menjadi yang terkuat, apa yang tidak diinginkannya, selalu Bella ucapkan secara terang-terangan, apa yang diinginkannya akan Bella ungkapkan secara jelas, dengan kemudian, segera dikabulkan. Bella tidak pernah merasa sakit yang teramat menyakiti relung hati. Tidak pernah dijauhi oleh teman-temannya. Juga tidak pernah merasa, harus belajar susah payah, demi pelajaran yang dikuasai, mengingat gadis itu akan les setiap pulang sekolah. Lalu, mengapa Bella harus merasakan perasaan terluka seperti ini?

Masalah Bella hanya berputar mengenai kerumitan klise, yang hampir dirasakan oleh banyaknya remaja di seluruh dunia, mungkin di antara dari mereka, lebih menyakitkan dari apa dibayangkan. Dan Bella merupakan, salah satu pemilik mental lemah yang mudah patah. Bukan karena ia tidak bisa menjadi kuat, namun, karena sudah terbiasa menjadi yang paling bahagia.

Kedua orang tua Bella, memiliki prinsip berbeda, ketika Bella memasuki umur dua belas tahun. Masalah mengenai karir, nominal penghasilan, dan banyaknya pekerjaan menyita waktu luang, membuat mereka saling bertengkar hanya karena masalah kecil. Berteriak, mengeluarkan amarah, lalu melempar benda-benda yang berada di jangkauan mereka, membuat Bella harus merasakan pahitnya memiliki keluarga yang pecah. Tidak ada yang mau merasakan kehancuran. Bagi Bella, Damar dan Manda merupakan segalanya, dua orang yang menjadi titik tengah antara kesejahteraan atau keputusasaan bagi kehidupan Sagita Bella. Senyum Bella memudar, tawa gadis itu direnggut. Kesedihan mengikis rongga dada, memberi segala banyak goresan, sampai sering merasakan tangisan.

Di umur memasuki empat belas tahun, Bella tak sengaja tergores pecahan piring kotor, di lantai. Awal di mana, dirinya merasa lebih baik, hanya dengan, melukai kulitnya sendiri. Ketika darah ke luar dari luka terbuka, membuat Bella menanggung nyeri ringan, sehingga ia bisa merasakan sensasi perih, dan sadar bahwa gadis itu harus tetap bertahan di tengah kesepian ini. Bella harus tetap baik-baik saja, di tengah pertengkaran kedua orang tuanya. Dan Bella harus tetap kuat, meski tangisan tidak bisa menyelesaikan masalah.

Tak ada lagi Bella yang mudah berbaur, tersenyum lebar atau tertawa senang, yang ada hanyalah Bella si cengeng bila tahu akan pulang sekolah, Bella yang sering tidur di kelas menutupi wajah menggunakan jaket, dan Bella yang tidak berminat menjadi juara kelas. Keadaan seolah mengubah kepribadian gadis itu. Menyebabkan Bella dikelilingi oleh kesendirian menyesakkan. Di umur memasuki lima belas tahun, Bella dipindahkan ke tempat yang jauh dari kota, disekolahkan dekat perbatasan demi pekerjaan Damar di kala itu. Dari sanalah Bella benar-benar menutup diri. Tak lagi mempedulikan dirinya bisa mendapatkan teman atau tidak. Sampai di umur yang keenam belas tahun, Bella naik kelas, ia menemukan Fiora, murid pindahan bersikap mudah peduli, yang menjadi teman satu-satunya Sagita Bella.

Lihat selengkapnya