Jika mengatakan tentang masa lalu, maka, setiap orang memiliki masa lalu. Masa di mana adanya kenangan tak terlupakan yang terukir di hati, menjadi bagian dalam sel darah. Ravin Cakrawala, salah satu dari sekian miliar orang, yang memiliki kenangan pahit yang mampu menghunus detak jantungnya, ketika memori Ravin berputar mengingat masa lalu tersebut.
Ravin kecil membuka pintu, di jemari pendeknya terselip serangga daun yang menggelitik. Ravin tersenyum lebar, dengan wajah kotor menyorot maminya, berlari kecil menghampiri Astrid untuk memeluk wanita tersebut mengucapkan 'Mami aku bawa hewan baru lagi!'. Namun ketika Ravin sudah melingkarkan tangan, tak ada kehangatan yang seharusnya dirinya dapatkan, ia malahan memeluk angin kosong. Netra hitam lelaki itu membulat, seluruh ruangan seketika berubah menjadi gelap. Ravin tersengal, sekujur tubuh lelaki itu bergetar, menatap kedua tangannya yang mendadak terbanjiri warna merah darah. Tidak. Jangan lagi. Ravin tidak ingin bermimpi seperti ini lagi!
Astrid tergeletak bermandikan cairan berwarna merah menghitam. Mobil di sekitar wanita itu rusak parah, dengan posisi terbalik, Darsa terjebak di bagian pemudi. Ravin tercenung. Ia menggeleng lalu berbalik dengan air mata menggenang. Ravin benci melihat kejadian yang sama, menghantui pikirannya, merenggut kewarasan lelaki itu. Ravin tidak menginginkan untuk menghampiri kedua orang tuanya yang terluka, ia lebih memilih berlari sejauh-jauhnya menjauhi Astrid dan Darsa ke arah berlawanan. Ravin benci mimpi buruk ini!
"Katanya orang tuanya kecelakaan."
"Kasihan ya, baru umur dua belas tahun tapi udah yatim piatu."
Ravin berlari tak tentu arah, dadanya naik turun menyesak, ia menutup telinga rapat-rapat, dengan kedua tangan mencengkram erat, saat suara itu berdengung memekakkan. Ravin tidak membutuhkan tatapan iba menghasiani. Ravin tidak suka ketika mereka menyorot sedih, seolah dirinya-lah yang paling harus diprihatinkan. Jika waktu dapat diputar kembali, Ravin menginginkan untuk tidak berada di tengah kejadian ketika orang tuanya kecelakaan lalu lintas. Lelaki itu merasa bersalah. Menjadi satu-satunya yang tetap hidup, di antara benturan keras mengahantam aspal, menjadikan Ravin harus menanggung semua beban di bahu.
"Katanya dia sekarang berhenti sekolah. Sikapnya jadi berubah tempramental."
"Denger-denger juga, ada orang baru yang dateng ke rumah anak itu."