Sayup-sayup cahaya lampu, berpendar menyala pudar, memantul, memberi penerangan kabut pada netra coklat Fiora yang kosong. Tidak ada seorang pun yang menginginkan terlahir lalu disebut kesialan. Sejak awal, apakah penderitaan memang sudah menjadi satu sebagai bagian dari hidup Fiora?
Dongeng Rapunzel dapat berakhir menyenangkan, karena, Rapunzel bisa mewujudkan mimpinya bersama Flynn Rider melihat lentera kerajaan, sedangkan, kisah Fiora dapat berakhir berbeda, jika gadis itu mau mengusahakannya dengan sedikit bantuan Erina Kusuma. Maka dengan sekuat tenaga, Fiora memperbaiki tiap-tiap kerusakan. Fiora mempertaruhkan peruntungannya, tetap bertahan, untuk membuktikan pada Istari bahwa kelahiran Fiora dari rahim Lina Salsika tidak pernah salah. Fiora bukan kesialan, ia merupakan berkat dari Tuhan. Namun, mengapa segala penderitaan seolah mengelilingi hidupnya?
Fiora selalu disiksa karena sudah terlahir sehat, ia dirawat begitu buruk, dan tumbuh dengan segala kesakitan, kebahagian seolah menjauhi gadis itu, membiarkannya berkembang tanpa mengenali perasaan senang. Apa memang seperti itu jalan hidupnya?
"Coba dari awal kamu nggak pernah mentingin pekerjaan aktris kamu, sekarang lihat, anak kamu jadi kayak gini!" Damar menyuarakan pendapatnya, dengan wajah yang dipenuhi kemarahan, matanya menyorot tajam ke arah Manda berang. Susah payah, ia mempertahankan perusahaannya demi anak semata wayang mereka, namun, sama seperti sebelum-sebelumnya, Manda tetap mementingkan pekerjaan.
Merasa tidak terima dengan apa yang diucapkan sang suami, Manda membalas sengit. "Kamu nyalahin aku, padahal, kamu sendiri yang nggak pernah punya waktu buat Bella, Mas!" Suara itu terdengar kacau. "Dari awal kamu udah tahu kalau aku cinta sama pekerjaan aku, kamu juga setuju kita ngejalanin kehidupan dengan pekerjaan masing-masing. Bisa-bisanya sekarang kamu nyalahin aku!"
Damar mengerutkan kening, meski tahu, bahwa yang ada di hadapannya ini, merupakan perempuan yang nanti diceraikannya, ia mengeluarkan suara tak mau kalah. "Bukan berarti aku setuju kamu terus-terusan kerja ngelewatin masa pertumbuhan Bella. Kalau aja kamu nggak kayak gini, aku nggak mungkin selingkuh sama perempuan lain, Manda!"
Manda memincingkan mata, netranya memanas. "Oh sekarang kamu ngaku, secara terang-terangan selingkuh, dan ngerasa kamu yang bener, dan aku yang paling salah. Coba pikirin sekali lagi, karena siapa aku berhenti dari dunia modeling!" Ingatan Manda berkelana, mundur ke memori lama akan dirinya yang menjalani pernikahan, lalu mendadak hadirnya Bella di tengah puncak kepopularitasan.
Ah, mereka masih bertengkar.
Fiora berjalan mencengkram segenggam ponsel berdaya batrai rendah, melangkah menghampiri kedua belah pihak yang sama-sama tidak mau disalahkan. Tidak mengapa. Fiora tidak akan memaksa. Ini terakhir kali Fiora mencoba membantu Bella dengan merekatkan pecahan-pecahan yang rusak. Fiora sudah tidak memiliki keinginan apa pun lagi. Ia sudah pada di akhir dari segala pengharapan. Fiora tidak ingin berusaha lebih jauh lagi. Setelah ini, gadis berambut hitam bernetra coklat itu akan menelfon Juni. Khawatir, karena satu temannya tersebut juga sedang mengalami masalah besar. Fiora sudah berada di titik terkelam. Ia gadis yang patah pelan-pelan, kemudian dengan sekali hantaman akan hancur berkeping-keping tanpa sisaan.
Kilasan bayangan saat Bella memperkenalkan diri, merasuki memori Fiora yang berantakan. Teman yang menenangkan mentalnya, setelah trauma Fiora melanda, oleh, kedatangan Riki yang tiba-tiba memberi kabar mengenai Juni. Gadis ikat satu tanpa poni, yang dengan sengaja, mengutamakan pertemanan mereka, lalu, tidak mempertanyakan masalah Fiora lebih jauh, ketika Fiora sedang dilanda kesedihan mendalam saat kematian Erina dan kehadiran Istari kala itu. Bella tidak menceritakan masalah berat yang baginya amat meretakkan mental, pada Fiora, entah karena bagaimana, Bella memilih menyembunyikan, menghilang, kemudian mengakhiri diri.
Sesekali mereka bercanda, dan Fiora mengakui, ia pernah membayangkan bercanda sama-sama, dengan Bella maupun Juni di sebelahnya. Mereka berkumpul, lalu saling mengenal, layaknya persahabatan pada umumnya. Membicarakan tentang persahabatan, Fiora pernah membaca ulasan di buku, mengenai persahabatan antar perempuan: mereka hampir selalu bersama, membagi suka-duka, kemudian saling menguatkan hingga akhir, tanpa adanya kata menyerah, dan menyakiti diri. Apa persahabatan seperti itu tidak pantas dimiliki Fiora? Persahabatan untuk tetap kuat satu sama lain.
Fiora mengulurkan tangan, Damar maupun Manda seketika membungkam, mereka menoleh bersamaan ke arah Fiora bingung. Fiora menyorot lurus. Ia merapatkan bibir sejenak, kemudian membuka suara rendah. "Ponsel milik Bella." Fiora memperlihatkan ponsel kotor, yang sudah ternodai darah mengering, dari sisa kepunyaan Bella. Damar maupun Manda, pula, baru menyadari kehadiran Fiora di tengah-tengah antara mereka. Damar dan Manda pun mengerti bahwa seseorang yang menghubungi mereka, ialah gadis berambut hitam bernetra coklat ini.