Darkpunzel

Art Fadilah
Chapter #25

25. Fiora; Rapunzel

Sekolah yang dibangun pemerintah dekat perbatasan, berada tepat di Desa Jangkar, agar masyarakat sekitar, tetap bisa menuntut ilmu di sana. Bangunan sederhana bertingkat tiga lantai, dengan mata pelajaran dan guru-guru, yang bisa dibilang cukup untuk membuat murid-muridnya tidak kalah bersaing dengan sekolah kota. Fiora memasuki kelas, meyampirkan tas, lalu, duduk sebentar merekam semua memori saat pertama kali dirinya menginjakkan kaki. Waktu itu, ia memasuki kelas dengan perasaan senang membanggakan, lalu kini, dirinya berakhir memasuki kelas dengan perasaan menyedihkan.

Fiora sudah mengambil keputusan, tanda fisik bahwa ia sudah menetapkan suatu keputusan yang amat besar dan berat ialah, rambut hitamnya, terpotong lebih pendek sebatas leher, bagian sisi helaian samping memiliki panjang tepat di bawah telinga. Fiora membuka resleting tas, mengambil sebuah amplop berisi surat untuk diberikan ke kepala sekolah. Niatannya terhenti kala menemukan Mika dan Utami berdiri menghalangi langkahnya. Fiora bungkam seakan meminta penjelasan akan kedatangan mereka.

"Kemarin aku lihat kamu cukup deket sama Juni, besoknya entah kenapa Juni nggak masuk kelas, kemarin juga aku lihat kamu gantian deket sama cewek pendiem di sana, kalau nggak salah namanya Bella, sekarang pun dia nggak pernah masuk kelas. Kamu udah ngelakuin apa sama mereka, Fiora?" Mika mengungkapkan penjelasan kebingungannya, yang diakhiri pertanyaan telak, karena merasa ganjil akan sikap teman barunya itu.

Utami menyenggol Mika untuk menghentikan ucapannya yang sudah cukup kelewatan. Gadis itu tersenyum tidak enak menatap Fiora ragu. "Ka, udah, Ka. Udah ya, kita pergi aja. Itu mungkin cuma kebetulan."

Fiora memalingkan pandangan, menghindari tatapan Mika yang masih menatapnya penuh penghakiman kuat. Mendadak Laras datang, menyela kalimat yang belum sempat keluar dari bibir Mika membantah ucapan Utami, menarik tangan Fiora cepat. "Kamu dipanggil Pak Alwi sama guru kesiswaan di ruang guru, buruan ya! Sekarang juga!" Dia berujar yang diangguki oleh Fiora.

Sebelum melangkah lebih jauh, Fiora menatap satu per satu iris Mika dan Utami dengan sorot menyesal. Suara Fiora terdengar parau. "Maaf." Kemudian Fiora memilih berlalu.

Setelah ini, Fiora akan mengakhiri semuanya. Setelah ini, Fiora akan pergi selamanya. Fiora meremas amplop bawaanya, dengan jari-jemari berkeringat gelisah. Tanpa perlu diucapkan pun, Fiora sadar akan buruknya dampak bila dirinya melakukan hubungan pertemanan pada orang lain. Fiora tidak menginginkan apa-apa lagi, setelah ini, dirinya benar-benar mengakhiri semua yang sudah terjadi.

Pertama-tama, ia memasuki ruang guru menemui guru kesiswaan. Fiora mengucapkan permisi terlebih dahulu, yang dibalas anggukan dan suruhan untuk duduk. Fiora menurut, ia duduk di tempat yang sudah disediakan. Pria paruh baya yang mengenakan pakaian batik tersebut membuka suara. "Bapak dengar dari teman-teman sekelas kamu, kamu cukup deket sama Juni Astina dan Sagita Bella Birawa?" Fiora mengangguk.

Pak Karsan terlihat tersenyum. "Kalau begitu, Bapak minta tolong ke kamu buat bujuk mereka masuk sekolah lagi. Melihat banyaknya prestasi yang sudah digapai Juni Astina tahun lalu, dan nilai-nilai yang sangat memuaskan, dia terdaftar mengikuti olimpiade kimia tingkat nasional tahun ini." Pria itu, menunjukkan biodata Juni juga surat yang mengatakan terdaftarnya Juni Astina sebagai peserta.

Pak Karsan menambahkan. "Selanjutnya untuk Sagita Bella Birawa, dia terdaftar mengikuti olimpiade biologi, juga kalau kamu mengenal Ravin Cakrawala Gabino, dia terdaftar mengikuti olimpiade matematika. Dua-duanya olimpiade antar sekolah. Biasanya Ravin memasuki kelas jika sedang dilangsungkannya ulangan harian atau ujian-ujian sekolah, tetapi, Bapak mendengar kabar, kemarin-kemarin pun saat diadakannya ulangan harian dia juga tetap absensi di kelas. Ahh, tapi untuk persoalan Ravin, masih bisa diatasi sepertinya."

Lihat selengkapnya