Kota XX, malam hari.
Seorang pria dengan baju serba hitam kini sedang memandang wanita yang terkulai lemas di kamar mandi rumah wanita itu.
Pria itu memandang wanita itu dengan saksama dari ujung kaki hingga ujung kepalanya. Tatapannya kemudian kembali ke arah wajah wanita itu. Pria itu bangkit dari duduknya di kursi dan berjongkok di dekat wanita itu. Tangan pria itu kemudian mulai menyentuh wajah wanita itu, membelainya dari bagian mata, turun ke hidung, pipi dan berakhir pada bibir wanita.
Cantik. Sudut bibir pria itu tertarik ketika pria itu membuat senyuman kecil di bibirnya. Cantik sekali. Sayangnya … kamu bukan dia. Sayang sekali.
Wanita yang terkulai lemas itu membuka matanya karena merasakan sentuhan tangan kasar dari sarung tangan pria itu di wajahnya. Wanita itu langsung memohon kepada pria di hadapannya untuk melepaskan dirinya.
“Tolong lepaskan aku! Tolong! Aku janji aku nggak akan bilang-bilang siapa! Masalah ini hanya akan jadi rahasia kita berdua selama aku hidup! Tolong lepaskan aku! Kumohon!”
Senyum pria itu semakin lebar saja ketika melihat wanita di hadapannya kini sedang memohon padanya. Andai dia yang memohon padaku, aku pasti akan mengabulkannya. Tapi kamu bukan dia. Dan dia … tak akan pernah memohon padaku. Dia wanita yang kuat, bukan wanita lemah seperti kamu!
Pria itu mengangkat tangannya yang tadi membelai rambut hitam wanita itu. Masih dengan senyuman di bibirnya, pria itu bicara pada wanita itu. “Tentu saja. Aku harus melepaskanmu. Seperti katamu, kamu mencintaiku. Jelas … aku harus membalas cinta itu bukan? Dan balasan yang tepat adalah melepaskanmu selama kamu menjaga rahasia ini seumur hidupmu. Ya kan?”
“Ya, aku akan jaga rahasia ini seumur hidupku. Kamu bisa pegang kata-kataku ini. Aku mohon tolong lepaskan aku!”
Menatap wanita yang kini terkulai lemas dan sedang memohon padanya, pria itu mengingat hari-harinya bersama dengan wanita itu beberapa waktu lalu. Bukan salahku kamu jadi korbanku! Kamu dulu yang mendekatiku! Kamu dulu yang berusaha mengejarku!
Pria itu tiba-tiba mengepalkan tangannya ketika menyadari wanita yang diinginkannya tak pernah mengejarnya balik seperti wanita di hadapannya sekarang ini. Kenapa kamu yang mengejarku dan bukan dia? Kenapa yang jatuh cinta padaku dan bukan dia?
Srek, srek. Pria itu kembali membelai rambut hitam milik wanita itu yang tak lagi halus seperti saat wanita itu selalu mengejarnya beberapa waktu lalu.
“Setidaknya aku harus melepaskanmu karena kamu telah berbaik hati mencintaiku.”
Pria itu terus membelai rambut wanita itu sebelum akhirnya mencekeram rambut wanita itu dengan erat, menariknya dengan kencang dan kemudian mendorong kepala wanita itu ke tembok dengan sekuat tenaganya.
Buk, buk!
“Arrggghh! Arrrgggg!”
Wanita itu berteriak kesakitan beberapa kali. Tapi suara teriakan itu tak menghentikan tangan pria itu yang terus menghantamkan kepala wanita itu ke tembok. Baru setelah wanita itu berhenti berteriak sebagai tanda kematiannya, pria itu menghentikan aksinya dan kembali tersenyum dengan senyuman puas.
“Seperti kataku, aku akan melepaskanmu tapi aku tidak bilang kamu bisa lepas dariku dalam keadaan hidup, sayang.”
Setelah puas melakukan aksinya, pria itu bangkit dari kamar mandi rumah wanita itu. Pria itu berjalan ke kamar lain di rumah wanita itu dan mengambil gergaji besar yang sudah disiapkannya dalam koper miliknya. Masih dengan senyuman di bibirnya, pria itu membawa gergaji besar itu kembali ke kamar mandi dan memotong-motong tubuh wanita yang sempat mengejarnya selama beberapa waktu.
Selain dia, nggak ada yang pantas jadi pasanganku.