Sebelas tahun yang lalu.
“Setelah ini liburan. Mau ke mana?” Aji bertanya dengan wajah penasaran melihat ke arah Ririn dan Dewi yang berasal dari luar kota. “Kalian tentu tidak akan pullkam kan?? Ini liburan ada dua minggu, masak cuma pulkam aja.”
“Biarin saja pulkam, Ji!” Aksa membela Ririn dan Dewi. “Mereka kan rumahnya jauh, sudah berbulan-bulan Ririn sama Dewi nggak pulang kampung. Mau pulang kampung atau nggak kan urusan mereka!”
“Yah tapi kan … kita belum liburan bareng!” Aji mengeluarkan pendapatnya. “Mumpung ada libur, kenapa kita nggak liburan bareng?? Nanti setelah semester lima kita nggak bakal punya banyak waktu karena sibuk masing-masing. Sekarang mumpung masih semester tiga, kita bisa liburan bareng kan??”
Ririn mengangkat tangannya selayaknya mengacungkan tangan menjawab pertanyaan dari guru. “Maaf, aku nggak bisa. Aku udah janji buat pulang.”
“Eh?? Kok gitu sih?” Aji langsung memasang wajah kecewanya mendengar jawaban dari Ririn.
“Di rumah bakalan ramai karena kan mau tahun baru. Banyak yang datang buat liburan.” Ririn menjelaskan.
“Liburan? Memangnya rumah kamu di mana, Rin?” tanya Aji.
“Di kota Y, bukan di pusat kotanya. Tapi di pinggiran, dekat pantainya.”
“Apa di sana ramai saat liburan natal dan tahun baru?” Kali ini yang bertanya adalah Dewi.
“Ya.” Ririn menganggukkan kepalanya. “Ayah dan ibuku punya penginapan dan rumah makan kecil.”
Prok. Prok! Aji dan Dewi tiba-tiba membuat tepuk tangan kecil mendengar penjelasan Ririn.
“Gimana kalo liburan kita main ke rumah Ririn aja?” ajak Aji.
“Ya, aku juga malas mau pulang. Padahal pas balik ke sini seminggu berikutnya kita kan ujian semester. Pulang cuma buat tambah kepikiran sama kuliah sama ujian.” Dewi bicara dengan nada setuju dengan Aji.
“Kamu nggak keberatan kan kita main ke sana, Rin?” tanya Aji lagi.
“Nggak masalah kok.” Ririn menganggukkan kepalanya. “Asal pas lagi ramai aku kudu bantuan ayah sama ibu.”
Aji merangkul Ririn dengan senyum puasnya. “Kita bakal bantuin. Gimana?”
“Malah bagus kalo gitu.” Ririn setuju. “Nanti aku bilang ke ayah buat siapin satu kamar buat kamu sama Aksa. Dewi biar tidur bareng aku di kamarku.”
“Oke sip.” Aji dan Dewi merasa senang dengan ide liburan. Aji kemudian melihat ke arah Aksa dengan tatapan penasaran. “Kamu gimana, Sa? Mau ikut nggak? Liburan gratis tapi kita kudu bantu-bantu pas lagi ramai? Mau nggak??”