Darling, bisa aku bedah kepalamu?

mahes.varaa
Chapter #4

BAB 4

Niat awal Aksa adalah makan siang. Tapi setelah keluar dari penginapan dan bertanya pada Okta mengenai beberapa rekomendasi mengenai rumah makan di desa dekat pantai ini, Aksa mengurungkan niatnya untuk makan siang dan memilih untuk berjalan-jalan dulu.

Klik, klik!

Klik, klik!

Dengan kameranya, Aksa berkeliling mengambil gambar pemandangan desa di pinggiran kota Y. Aksa berpikir mungkin desa ini dan pemandangannya dapat membantunya untuk mendapatkan ide untuk membuat ceritanya sendiri. Laut, deburan ombak, pasir pantai, rumah-rumah di desa, rumah makan dan orang-orang yang ada di desa ini, Aksa mengambil gambar mereka dengan kamera miliknya.

Kira-kira cerita apa yang bisa aku buat dari desa ini? Apa ada cerita menarik di desa ini?  Setelah puas berjalan-jalan selama satu jam lamanya, Aksa berhenti di sebuah rumah makan yang menjual ikan bakar. Rumah makan ini adalah satu dari beberapa rekomendasi Okta pada Aksa.

“Mau pesan apa, Pak?” tanya seorang ibu berusia sekitar 50-60 tahunan, sembari membawa kertas dan pulpen untuk menulis pesanan dari Aksa.

“Ehm … “ Aksa melihat papan menu yang ada di tengah rumah makan kecil itu dan berpikir sejenak makan siang apa yang akan dipilihnya. Apa yang harus aku makan? Udang panggang, lonster, kepiting asam manis, atau ikan bakar?  Aksa berpikir untuk makan salah satu dari menu itu, tapi Aksa tak bisa memilih mana yang akan dipilihnya untuk dimakan hari ini.

“Bapak bukan orang sini??” tanya ibu yang Aksa duga pemilik sekaligus pelayan di rumah makan yang didatanginya.

Aksa menggelengkan kepalanya dengan senyum lemahnya. “Bukan. Cuma liburan di sini, Bu. Jangan panggil Bapak, Bu. Saya lebih muda dari Ibu, panggil saja saya Aksa, Bu.”

“Oke Nak Aksa, mau Ibu rekomendasikan makanan yang sering dipesan di sini?” Ibu itu merespon hangat perkenalan Aksa padanya dengan memberi bantuan pada Aksa untuk memilih menu makan siangnya.

“Ya, Bu. Boleh.”

Ibu itu kemudian memberikan tiga dari sepuluh menu utamanya yang sering dipesan dan akhirnya Aksa memilih untuk makan ikan bakar dan lobster sebagai menu makan siangnya.

Wushh!!

Berbeda dengan lingkungan kota di mana Aksa tinggal, daerah pantai meski memiliki panas terik yang lebih menyengat tapi angin yang berembus cukup kencang. Dan Aksa menikmati angin berembus itu karena membuatnya merasa sedikit sejuk sekaligus merasa nyaman.

“Ayo cepat buat istana pasirnya!!”

Tak jauh dari rumah makan di mana Aksa sedang menunggu makan siangnya yang terlambat, ada tiga anak kecil berusia sekitar 4-5 lima tahunan yang sedang bermain pasir pantai dan berusaha keras sedang membangun istana pasir.

Itu ….  Melihat momen itu, tentu saja Aksa tak melewatkannya. Aksa mengambil kameranya dan memotret apa yang sedang dilakukan oleh tiga anak kecil itu. Klik, klik!

“Kurang!! Yang sebelah sana, masih kurang!!”

Satu anak laki-laki yang tubuhnya kelihatan paling besar sedang memberikan instruksi pada dua anak lainnya agar istana pasirnya bisa lebih cepat selesai.

Lihat selengkapnya