Sosok pria dengan setelan pakaian serba hitam, berdiri di sudut kamarnya. Pria itu memandang sebuah potret besar yang digantung di dinding kamarnya. Potret itu adalah potret wajah seorang wanita dengan senyumnya yang cantik. Pria itu tersenyum memandang potret itu sebelum akhirnya mendekat ke arah potret itu, memberi kecupan kecil pada bagian bibir potret tersebut.
“Setelah sekian lama, akhirnya kamu kembali, sayangku. Aku nggak sia-sia menunggu selama ini.” Pria itu berdiri bersandar pada potret itu seolah sedang memeluk sosok asli dari pemilik potret itu. “Ini adalah waktu yang panjang bagi kita, sayangku. Tapi setelah kamu kembali, kita akan memulai lagi segalanya dan setelah ini, aku janji aku akan menjagamu selamanya, sayangku.”
Pria itu melirik ke arah lain dinding kamarnya di mana banyak tertempel foto-foto orang lain baik pria maupun wanita. Dan setiap foto itu sudah diberi tanda silang dengan cat merah.
Pria itu kembali melihat potret wanita yang tadi membuatnya tersenyum dan kembali memasang senyumnya seolah melihat potret itu adalah sumber kebahagiaan terbesar dalam hidupnya. Pria itu mengangkat tangan dan membelai bagian wajah dari potret itu.
“Di dunia ini … hanya aku yang bisa ada di sampingmu, sayangku. Hanya aku seorang yang bisa melindungimu, sayangku. Hanya aku seorang.”
*
Hari kedua.
Sama seperti sebelumnya, Aksa makan siang di rumah makan kemarin dan kali ini memesan menu yang berbeda dengan kemarin.
“Kamu datang lagi, Nak.” sapa Ibu pelayan yang kemarin.
“Ya, Bu. Kebetulan saya sedang liburan di sini.” Aksa menjelaskan.
“Nginep di mana, Nak??” tanya Ibu pelayan sembari mencatat menu makanan yang dipesan Aksa sebagai menu makan siangnya: kepiting asam manis.
Aksa menjelaskan tempatnya menginap yang mana pemiliknya adalah Okta.
“Ahh … rupanya kamu nginep di sana, Nak. Tapi bukannya kalo nginep di sana, dapat makan, Nak?”
Aksa mengangguk. “Ya, Bu. Dua kali makan, pagi dan malam.”
“Oh. Ya udah. Karena sepertinya kamu bakal sering makan di sini, aku akan memberimu diskon tiap kali makan di sini.”
Aksa tersenyum senang mendengar keramahan ibu pelayan yang kelihatannya juga pemilik dari rumah makan di mana Aksa makan. “Terima kasih banyak, Bu.”
“Mana yang bagus?”
Aksa yang sedang menunggu makan siangnya kemudian bermain-main dengan kameranya dan tak menyangka akan bertemu lagi dengan tiga anak kemarin.
“Aku harus gambar pemandangan pantai, gunung, air terjun atau sawah??” Anak kemarin yang berbadan lebih besar bertanya kepada dua anak lainnya. Kali ini tidak seperti sebelumnya, ketiga anak kemarin tak bermain dengan pasir melainkan dengan buku gambar ukuran A4.
“Aku mau gambar laut dengan ikan di dalamnya,” jawab si anak perempuan.
“Aku mau gambar gunung lengkap dengan sawahnya,” jawab anak laki-laki yang badannya lebih kecil.