Tuk, tuk!!
Begitu kembali ke penginapannya, Aksa langsung memainkan pennya pada tablet miliknya dan mulai menggambar sketsa kasar cerita miliknya. Berkat percakapan yang didengarnya dari Heksa tadi, benak Aksa sekarang mulai memikirkan sebuah alur cerita yang belum pernah dipikirkannya sebelum ini.
Aksa terus menggambar tokoh utama wanita berdasarkan penampilan Heksa. Cerita yang ada dalam benak Aksa sekarang menceritakan tentang wanita yang memiliki pikiran psikopat dan berhasil menahan keinginannya yang terkadang mengatakan ingin membunuh orang lain. Meski berhasil menahan pikirannya itu, terkadang tokoh utama wanita tak sengaja mengeluarkan kata-kata dalam benaknya dan hal itu menarik perhatian pembunuh psikopat yang sedang berkeliaran membunuh banyak orang di kota dan sedang dikejar-kejar oleh kepolisian.
Pembunuh psikopat itu kemudian mulai mengejar tokoh utama wanita karena terobsesi melihat apakah tokoh utama wanita itu akan terus menahan pikiran psikopatnya atau terjun ke jalan yang sama dengannya. Tapi … setelah berulang kali mencelakai teman-teman dan kerabatnya, tokoh utama wanita masih menahan pikiran psikopatnya. Obsesi pembunuh psikopat itu kemudian semakin membesar melihat tokoh utama wanita terus bertahan bahkan setelah orang-orang di dekatnya terluka dan kini mulai memburu tokoh utama wanita. Lebih buruknya lagi … pembunuh psikopat itu tak hanya mengejar dan memburu tokoh utama wanita karena dalam hatinya muncul perasaan khusus yang tak diduganya pada tokoh utama wanita.
Huft!! Aksa menghela napas begitu membuka matanya dan melihat cahaya matahari sudah telrihat di jendela kamar penginapannya.
Sudah pagi, bener-bener nggak kerasa. Aksa meregangkan tubuhnya karena tertidur dalam posisi duduk di meja kerjanya setelah semalaman membuat sketsa kasar untuk ceritanya sendiri.
Kayaknya kali ini … aku nggak akan mengalami hambatan untuk menulisnya. Aksa tersenyum puas melihat sketsa kasarnya sudah jadi dalam beberapa panel hanya dalam semalam.
Kring, kring!!
Hp Aksa berbunyi dan melihat nama Linda muncul di layar hpnya. Aksa buru-buru mengangkat panggilan itu. Linda awalnya menghubungi Aksa karena ada author yang ingin bekerja sama dengan Aksa untuk membuat ceritanya jadi webtoon. Tapi tawaran itu ditolak Aksa karena Aksa telah menemukan cerita miliknya sendiri dan tentu saja Aksa langsung menceritakan alur kasar ceritanya pada Linda sebagai alasan penolakannya.
“Bagaimana?” Aksa bertanya pada Linda-editornya melalui panggilan yang terhubung.
“Itu … “ Linda terdiam sejenak dan membuat Aksa gugup hingga dapat mendengar suara napasnya sendiri.
“Apa itu nggak menarik?” tanya Aksa penasaran dan gugup.
“Itu bagus sekali, Bagram!!!” Linda berteriak dengan suara gembira dan puasnya. “Itu cerita yang cukup menarik, Bagram! Gimana kamu bisa dapat ide kayak gitu, Bagram??”
“Ah, itu …” Aksa merasa enggan untuk menceritakan pengalamannya bertemu dengan Heksa, tapi Linda adalah satu dari segelintir teman yang masih berhubungan dengannya meski lebih banyak lewat panggilan seperti sekarang. “Aku bertemu wanita unik di sini.”
“Jadi dia role modelnya??” tanya Linda lagi.
“Ya gitulah.”