Darling, bisa aku bedah kepalamu?

mahes.varaa
Chapter #8

BAB 8

Sosok pria berjalan di dekat pantai di desanya dengan harapan dapat melihat wanita pujaannya yang terkadang menghabiskan waktu di pantai bermain bersama dengan anak-anak di sana. Pria itu tersenyum sembari bersiul kecil karena merasa senang dan sudah tak sabar berharap bertemu dengan wanita pujaannya. Akan tetapi begitu tiba di dekat pantai, senyum dan siulan riang kecil dari pria itu menghilang ketika melihat ada pria lain yang sedang memperhatikan wanita pujaannya,

Pria itu.  Dalam benaknya pria itu sedang membayangkan wajah seorang pria yang sedang mengambil gambar potret dari wanita yang pujaannya. Kenapa dia mengambil foto wanitaku?

Pria itu mengepalkannya tangannya menahan emosinya. Dirinya marah dan tak terima jika ada orang lain yang mengagumi kekasihnya.

Apa dia penguntitnya yang lain?  Pertanyaan itu muncul dalam benak pria itu ketika melihat bagaimana pria-pengunjung baru di desanya sudah dua hari ini terus muncul di dekat wanitanya.

Haruskah aku membunuhnya seperti semua penguntitnya yang lain?  Pria itu memiringkan kepalanya melihat ke arah pria pengunjung baru di desanya sembari menimbang-nimbang.

Nggak bisa! Membunuhnya sekarang hanya akan membuat keributan lagi di desa ini. Beberapa kejadian dan kesalahan di masa lalu sudah membuat banyak keributan. Jika aku membunuh lagi dan membuat keributan lagi, sayangku mungkin akan pergi lagi. Aku harus menahan diriku!

Dengan pertimbangannya, pria itu menahan rasa kesal dalam hatinya sembari mengepalkan tangannya dengan sangat keras dan menggigit bibirnya agar amarahnya berhenti.

 

Keesokan harinya.

Merasa penasaran dengan sosok pria-pengunjung baru di desanya dan diam-diam mengambil gambar wajah dari wanita pujaan hatinya, pria itu menyusup ke dalam penginapan dari pria-pengujung baru itu. Alasannya melakukan hal itu adalah untuk memastikan apakah pria pengunjung baru itu adalah penguntit dari wanita pujaan hatinya atau bukan.

Tapi begitu menyusup ke dalam kamar penginapan pria pengunjung baru itu, pria itu tak menemukan apapun yang membuatnya yakin jika pria pengunjung baru itu adalah penguntit dari wanita pujaan hatinya. Hanya saja ketika memeriksa meja di dalam kamar penginapan, mata pria itu membulat besar dan senyum lebar muncul di bibir pria itu.

Di atas meja ada sebuah kertas yang penuh dengan coretan dan beberapa paragraf di atasnya. Ini menarik. Ini menarik sekali. Dalam benaknya, pria itu membatin dengan wajah bahagia membaca apa yang tertulis dalam kertas itu. Kebetulan macam apa ini?? Aku benar-benar beruntung kali ini.

 

Di sisi lain.

“Melihat gaya Mbak, kayaknya Mbak bukan penduduk asli desa ini??” tanya Aksa.

“Saya asli penduduk sini. Hanya saja … lima belas tahun yang lalu saya pindah ke kota lain dan baru kembali dua minggu yang lalu.”

“Oh pantesan kok kelihatan sedikit beda.”

Percakapan ringan menjadi penghubung antara Aksa dan Heksa selama perjalanan kecil mereka kembali ke desa dekat pantai. Hanya saja saat Heksa hendak memarkir mobilnya di parkiran dekat rumah makan yang dituju Aksa, Heksa tiba-tiba menginjak rem mobilnya dan bahkan menarik rem tangannya.

Buk!!

Aksa yang tak siap dengan tindakan Heksa yang secara tiba-tiba, tak sempat berlindung dan membuat tubuhnya terpelanting ke depan dengan kepalanya yang sedikit terbentur dasbor depan mobil Heksa.

“Auw!!” Aksa spontan meringis karena keningnya sedikit terbentur dasbor.

“Maaf, Mas!” Heksa buru-buru minta maaf pada Aksa sembari melepas safety beltnya untuk  memeriksa kening Aksa. “Mas nggak papa??”

Aksa menggelengkan kepalanya sembari memijat sekitar keningnya yang tadi terbentur. “Ng-nggak papa, Mbak. Kenapa Mbak tiba-tiba-“ Aksa belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika melihat dua anak laki-laki yang biasanya bermain di pantai, berada di depan mobil Heksa dan mulai menangis karena kaget.

Lihat selengkapnya