“Kudengar saat melakukan pencarian kasus Renata, kamu sampai datang ke kota ini sama Ali?” Setelah memasang pancingannya, menyeduh kopi panas dan mie rebusnya, Yayok yang sedang menunggu umpannya dimakan ikan, memulai percakapannya dengan Damar.
“Ehm.” Damar menjawab singkat sembari memeluk tubuhnya yang mulai merasakan dinginnya angin laut di malam hari. “Tapi hanya di kotanya saja. Kebetulan saksinya tinggal di kota.”
“Mau aku ceritakan sesuatu tentang cerita desa di dekat sini?” Yayok bertanya pada Damar dengan nada seriusnya.
“Cerita apa?? Kalo cerita hantu dan sebagainya, jangan ceritakan! Aku ini polisi, nggak percaya begituan!” Damar menegaskan.
“Huft!! Aku ini juga polisi, Damar!! Masalah hantu dan sebagainya, harusnya aku yang takut kan karena aku selalu berhubungan dengan mayat!!”
Damar menyesap kopinya sembari melirik ke arah Yayok yang sedang memasang wajah seriusnya. Dari wajah serius itu, Damar sadar apa yang akan Yayok ceritakan bukanlah sekedar cerita biasa. “Oke, oke! Apa ceritanya?”
“Kamu ingat aku pernah bekerja sebentar di kota ini kan?” Yayok memulai ceritanya.
Damar menganggukkan kepalanya sembari mengingat cerita awal Yayok. “Kalo nggak salah, enam bulan kan?”
“Ya.” Yayok mengiyakan sembari menyesap kopinya. “Sewaktu di sini dan masih jadi junior, aku pernah datang ke ruang arsip dan membaca beberapa berkas kasus lama. Desa di dekat sini, dulu sering sekali terjadi kasus orang hilang.”
“Terus? Mereka nggak ketemu?” Damar menebak.
Yayok menganggukkan kepalanya lagi. “Dari yang aku dengar, mereka nggak pernah ketemu bahkan hingga kasusnya ditutup.”
“Mereka hilang gimana?” Damar mulai penasaran. “Apa nggak ada jejaknya sama sekali??”
“Waktu itu ditemukan beberapa jejak. Hanya saja jejak itu nggak beri petunjuk apapun. Kalo nggak salah kasus itu dimulai lima belas tahun yang lalu. Seorang istri ditemukan sekarat setelah bertengkar dengan suaminya. Dari laporan yang aku baca, sang istri memergoki suaminya berselingkuh dengan teman si istri. Sang istri yang marah berdebat dan kemudian berkelahi sebelum akhirnya jatuh dengan kepala yang menatap ujung meja.”
“Awal yang buruk.” Damar memberikan komentarnya.
“Ehm” Yayok mengangguk setuju. “Nggak lama setelah dibawa ke rumah sakit, si istri meninggal dunia dan otomatis suami dan selingkuhannya ditetapkan sebagai tersangka.”
“Lalu, apa yang terjadi?” tanya Damar tak sabar.
“Dari laporan yang aku baca, malam itu pihak kepolisian langsung datang kemari untuk menangkap suami dan selingkuhannya. Hanya saja begitu mereka tiba, dua orang itu menghilang. Polisi yang datang mengira mereka berdua melarikan diri. Tapi begitu tiba di pantai, polisi yang sedang mencari menemukan dua pasang sepatu dan sandal yang diyakini adalah milik dua orang tersangka itu. Meyakini bahwa dua tersangka itu mungkin hendak bunuh diri, polisi menyisir pantai dan mencari di lautan. Tapi setelah seminggu mencari, mereka tidak menemukan hasil sama sekali.”
Damar memngerutkan keningnya merasa heran. “Mereka berdua beneran nggak ketemu?”
“Ya.”
“Itu aneh kan?? Masak laut membawa mereka ke tengah lautan dan berakhir di pantai yang lain??” Damar bertanya dengan menduga-duga.
“Kalo gitu … di tempat lain pasti akan ada berita penemuan mayat kan. Hanya saja hingga hari ini mayat dengan ciri-ciri dua orang itu, masih belum ditemukan.”
Damar melipat kedua tangannya di dada dan mulai berpikir keras. “Kasus itu beneran aneh.”
“Aku juga mikir gitu.”
“Apa hanya itu saja?” tanya Damar lagi.
Yayok menggelengkan kepalanya. “Tak berselang lama dari kasus itu … mungkin dua minggu setelahnya, beberapa wanita menghilang dari desa itu. Wanita itu menghilang begitu saja dari rumahnya dan ketika dilakukan pencarian, hanya ditemukan sandal mereka di pantai.”