Berkat siang tadi, Aksa mendapatkan ide baru untuk menuliskan ceritanya. Aksa mendapatkan ide pembunuh psikopat dalam ceritanya mulai membunuh orang-orang di sekitar tokoh utama wanita karena kejadian kemarin. Dan semalaman Aksa mengerjakan ceritanya hingga jam dua dini hari. Selama satu jam setengah Aksa tidur sejenak dan kemudian bangun lagi dan bersiap untuk menepati janjinya pada Heksa. Tepat jam 4 pagi, Heksa dan mobil rangernya muncul di depan penginapan Aksa dan langsung membawa Aksa menuju ke bukit untuk melihat matahari terbit.
Klik, klik!
Meski tak banyak bicara karena mengantuk berat setelah semalaman menulis alur cerita, rasa kantuk itu langsung hilang ketika melihat matahari terbit. Seperti kata sopir angkutan umum, matahari terbit di pantai ini memang bagus dan Aksa tak ingin melewatkan momen ini. Mungkin saja pemandangan ini bisa jadi referensi untuk ceritaku nanti.
Tepat pukul enam pagi, Heksa mengajak Aksa untuk turun dari bukit dan membawa Aksa untuk sarapan di pasar laut di desa lain yang tak jauh dari bukit.
“Belum pernah ke sini kan?” tanya Heksa.
Aksa menggelengkan kepalanya. “Belum.”
“Makanan laut di sini nggak kalah enak sama desa sebelah. Bahkan di sini ada beberapa ikan yang desa sebelah tak ingin ambil.”
“Ikan apa?” Aksa bertanya.
“Ikan buntal.”
“Kenapa memangnya??” tanya Aksa lagi.
“Kalo nggak bisa ngolahnya, ikan buntal itu ada racunnya. Cuma orang-orang desa sini sudah biasa mengolahnya jadi ikan buntal sudah jadi makanan mereka dan belum pernah ada kasus keracunan di desa ini.”
Mendengar cerita Heksa mengenai racun ikan buntal, tentu saja Aksa sama sekali tidak berniat untuk makan ikan itu meski Heksa menawarinya. Aksa lebih memilih makan udang, cumi atau gurita dibandingkan harus makan ikan beracun itu.
Satu jam setelah makan pagi, Heksa membawa Aksa kembali ke desa dan langsung mengantarkannya kembali ke penginapannya.
“Ada rencana siang ini?” tanya Heksa sebelum pergi.
“Nggak ada.”
“Makan siang di rumah makan biasa?” tanya Heksa lagi.
“Ya, mungkin. Kenapa??” tanya Aksa bingung.
“Kalo gitu, kita ketemu di sana dan makan siang bareng. Gimana?” tanya Heksa.
“Ehh??” Aksa memiringkan kepalanya merasa bingung dan heran.
“Oke, nanti siang tunggu aku di sana. Oke?”
Tanpa mendengar jawaban dari Aksa, Heksa kemudian pergi begitu saja dan membuat Aksa merasa penasaran dengan apa yang ada di dalam benak Heksa. Apa yang sebenarnya diinginkan wanita itu dariku?? Kenapa tiba-tiba dia berusaha untuk dekat denganku??