Berkat kasus orang hilang, baik Damar dan Yayok merasa tidak bisa tenang ketika memancing. Keduanya memilih untuk mengakhiri sesi memancing mereka lebih cepat dan kembali ke penginapan untuk tidur. Tapi ketika tiba di penginapan, baik Damar dan Yayok tertarik pada kamar lain di penginapan mereka yang lampu masih menyala meski tidak terang.
“Sepertinya ada orang lain yang nggak tenang seperti kita,” ujar Damar.
“Ya.” Yayok menganggukkan kepalanya sembari membuka kunci pintu kamar penginapannya. Klik! Yayok berjalan masuk ke dalam kamar penginapannya tapi Damar masih saja diam memandang kamar lain di mana lampunya masih menyala. “Nggak masuk??”
Damar hendak masuk ke dalam kamar penginapannya, tapi di jendela kamar penginapan lain yang membuatnya sedikit penasaran terlihat penyewanya yang sedang berdiri memandang langit malam. Damar melihat wajahnya dan teringat bahwa sebelum ini dirinya pernah bertemu dengan penyewa itu. Si penguntit itu rupanya.
Menyesal dengan rasa penasarannya, Damar masuk ke dalam kamarnya dan segera tidur.
Kring, kring!!
Damar tidak ingat dirinya tidur jam berapa tepatnya, yang Damar ingat dirinya tidur lewat tengah malam dan rasanya mata Damar terasa panas pertanda tidurnya belum cukup. Damar ingin tidur lebih lama lagi tapi hpnya terus berdering dan mengganggu niatnya.
Pagi gini, siapa yang menelpon? Sembari mengeluh, Damar meraih hpnya dan menerima panggilan itu bersiap untuk mengeluh dan mengumpat jika perlu. “Ha-Halo?”
“Pak, ini aku. Maaf menelpon pagi-pagi.”
Mendengar suara Ali dari dalam panggilannya, Damar mengurungkan niatnya untuk mengeluh dan mengumpat. Damar langsung membuka matanya dengan paksa. “Kamu sudah dapat berkasnya?”
“Ya, Pak. Setelah ini akan saya kirimkan kopiannya via email.”
“Bagus, cepat kirimkan!”
Damar buru-buru mematikan panggilannya dan menunggu email masuk dari Ali-asistennya yang dimintai tolong untuk mengecek berkas lama mengenai kasus orang hilang di desa tempatnya liburan.
“Siapa yang menelpon pagi-pagi?” Yayok membuka matanya karena mendengar suara Damar yang sedang bersemangat.
“Ali.”
“Anak itu sudah dapat berkasnya?” tanya Yayok yang kali mencoba bangun dari tidurnya.
“Ya.” Damar menjawab singkat tanpa melihat ke arah Yayok karena sudah tak sabar dengan berkas yang didapatkan oleh Ali-asistennya.
“Anak itu, cepat sekali kerjanya.”Yayok memberikan pujiannya untuk Ali.
“Dia asistenku, harus sat set kalo mau kerja sama aku!” Damar membanggakan Ali sembari membuka berkas yang diterimanya dari Ali dan mulai membacanya dengan saksama.
Yayok bangkit dari ranjangnya, ke kamar mandi, mencuci muka dan menyikat giginya dan kembali duduk di atas ranjangnya menunggu komentar dari Damar yang sedang serius membaca dan menelaah berkas lama kasus orang hilang di desa ini.