Darling, bisa aku bedah kepalamu?

mahes.varaa
Chapter #16

BAB 16

Terlalu banyak hal ganjil yang ditemukan, Damar merasa perlu memeriksa latar belakang Heksa dan Aksa. Di mata Damar, baik Heksa dan Aksa memiliki sejarah dengan desa ini dan sejarah itu bukanlah sejarah yang biasa.

“Bisa kamu periksa dua orang itu, Li?” Dan tentu saja yang bertugas untuk mendapatkan informasi Heksa dan Aksa adalah Ali-asisten Damar yang sedang bekerja di kota XX.

“Ya, Pak.”

“Kalo bisa secepatnya.”

“Ya, Pak.”

Damar menutup panggilannya dengan Ali dan berniat untuk memeriksa lagi TKP. Tapi sebelum kembali ke TKP, Yayok menghentikan niat Damar.

“Kenapa, Yok?” Ketika Damar sedang sibuk menghubungi Ali, Yayok sedang bicara dengan dua polisi yang kemarin menerima laporan hilangnya Ibu Agung.

“Ada yang hilang lagi.”

“Huh?” Damar nyaris mengeluarkan bola matanya karena kaget mendengar ucapan Yayok. “Yang benar saja.”

“Mereka yang bilang.” Yayok melirik ke arah dua polisi bertugas yang sama seperti kemarin. “Kita ikut mereka sekaligus bantu menyelidiki. Gimana?”

“Ya.” Damar mengikuti Yayok masuk ke dalam mobil polisi yang bertugas dan meluncur ke rumah korban kedua yang menghilang.

Sebenarnya apa yang terjadi dengan desa ini?, batin Damar.

 

Di rumah korban kedua.

Korban kedua adalah seorang wanita berumur 55 tahun. Sari-korban adalah teman baik dari Ibu Agung dan rumahnya hanya berjarak sepuluh blok dari rumah Ibu Agung. Waktu perkiraan Sari hilang adalah mulai pukul 10 malam di saat keluarganya terakhir melihatnya hingga pukul 4 pagi di mana suaminya menyadari jika istrinya telah menghilang. Tak ada tanda-tanda pintu rumah di buka paksa dan sama seperti sebelumnya, TKP sudah rusak karena jejak kaki banyak orang yang berdatangan ke rumah itu.

“Ini merepotkan!” keluh Damar.

Yayok mengangguk setuju. “Ehm. TKP-nya lagi-lagi rusak karena kedatangan banyak orang. Dan yang tersisa hanyalah jejak kaki milik orang-orang yang saling tumpang tindih.”

“Dan lagi-lagi sandal milik korban hilang,” ujar Damar.

“Ah itu … “ Salah satu polisi setempat yang mengajak Damar dan Yayok, bicara. “Untuk sandal milik Ibu Agung, kemarin kami menemukannya di dekat pantai. Mungkin kali ini juga sama.”

“Bisa tolong salah satu dari kalian menyisir pantai?” tanya Yayok.

“Ya, Pak.” Polisi itu segera pergi menyisir pantai demi mencari sandal milik korban kedua.

Damar melipat kedua tangannya di dada dan mulai berpikir keras. “Jelas korban tidak menghilang dengan sendirinya. Dua keluarga bersikeras jika di keluarganya tidak ada masalah. Meski sandalnya ditemukan di pantai, itu juga bukan bukti bahwa korban menghilang untuk bunuh diri. Kasus ini benar-benar aneh.”

“Pak.” Polisi satu lagi datang menghampiri Damar.

Lihat selengkapnya