Langit sudah malam ketika Damar dan Yayok tiba di rumah Heksa lagi.
“Kita ke sini lagi … “ keluh Damar ketika berdiri di depan rumah Heksa.
“Mau gimana lagi … “Yayok bicara sembari menghela napas sebagai tanda mengeluhnya.
Ting tong! Yayok memencet bel rumah Heksa dan tidak sampai dua menit menunggu, Heksa membukakan pintu rumahnya. Heksa melihat Yayok dan Damar dan memandang keduanya dengan wajah tidak percaya.
“Bapak lagi!”
Damar dan Yayok saling melirik satu sama lain sebelum menjawab dengan ucapan yang sama. “Ya, kami lagi.”
Setelah mempersilakan duduk dan memberikan minuman sebagai bentuk sambutan hangat, Heksa duduk dan mendengar alasan Damar dan Yayok datang lagi ke rumahnya.
Damar tidak langsung bicara mengenai tujuan kedatangannya, tapi menjelaskan alasannya datang lagi di hari yang sama ke rumah Heksa.
“Ibu Sari beneran hilang?” tanya Heksa kaget.
“Ya.” Damar mengangguk sembari melihat ekspresi tidak biasa dari Heksa. Wajah Heksa yang kaget saat ini bukan semata-mata kaget melainkan ada rasa takut dalam sorot matanya dan Damar dapat menangkap hal itu dengan jelas. Pengalamannya sebagai penyidik memberinya banyak pelajaran. “Kami datang kemari, pertama ingin memeriksa kalo korban kemarin datang kemari dan sempat berdebat dengan Mbak. Apa itu benar, Mbak Heksa?”
“I-itu benar. Pak.” Heksa menggenggam erat tangannya sendiri dengan sedikit menggigit bibirnya. Dan reaksi itu, Damar dan Yayok dapat dengan jelas menduga ada sesuatu yang lain yang sedang disembunyikan oleh Heksa. “Bapak pasti curiga saya lah pelakunya?”
Damar buru-buru mengangkat tangannya memberikan penolakan. “Saya ini penyidik. Curiga adalah keharusan, tapi rasa curiga saya tidak hanya pada Mbak saja. Saya curiga pada semua orang di sini. Dan untuk membuktikan kecurigaan itu, saya menyelidiki dan mencari bukti. Sekarang yang saya lakukan adalah sedang menyelidiki dan menemukan bukti sembari curiga kepada siapapun yang bisa jadi pelakunya.”
Huft!! Mendadak, Heksa sedikit bernapas lega mendengar ucapan Damar dan membuat Damar sedikit heran. Kenapa tiba-tiba merasa lega seperti itu?
“Jujur saya punya pengalaman buruk dengan penyidik.”
“Pengalaman buruk? Pengalaman buruk apa, Mbak?” Kali ini yang bertanya adalah Yayok.
“Ini soal alasan saya datang ke sini setelah lima belas tahun lalu pindah … “ Heksa memulai ceritanya sebgai guru TK beberapa tahun lalu. Pekerjaan itu awalnya adalah pekerjaan yang menyenangkan bagi Heksa. Di matanya, anak kecil adalah anak yang tulus dan tanpa sedikit pun kebohongan. Pengalaman buruk Heksa mengenai keluarganya, beberapa kali membuatnya tidak mudah percaya pada orang lain. Tapi hal itu tidak berlaku pada anak-anak yang mana mereka masih polos. Hanya saja … sesuatu yang tak terduga terjadi. Salah satu paman dari muridnya rupanya menyukai Heksa saat menjemput keponakannya. Semenjak itu pria itu terus datang dan Heksa dapat dengan jelas melihat jika pria itu berusaha mengejarnya.
Heksa dengan jelas menolak karena tidak ingin terlibat dengan keluarga dari muridnya. Tapi penolakan itu tidak digubris dan diterima dengan baik. Pria itu semakin terus mengganggu Heksa hingga beberapa kali membuat ulah di tempat kerja Heksa. Merasa tidak nyaman dengan hal itu, sekali lagi Heksa berusaha menjelaskan bahwa dirinya tak pernah ada hati pun pada pria itu. Sayangnya pernyataan itu sekali lagi tak diterima.
“Setelah itu setiap orang yang berhubungan dengan saya terutama laki-laki yang bahkan hanya sekedar bertanya arah jalan akan mengalami kemalangan. Saya tahu semua itu adalah ulah pria itu. Jadi saya pergi diam-diam kemari dan bersembunyi. Tapi tetap saja … saya waswas jika pria itu akan menemukan saya di sini suatu hari nanti.”