“Apa Bapak masih belum menemukan tersangkanya?” Ali bertanya pada Damar setelah membaca beberapa catatan dan mendengarkan rekaman yang ditinggalkan oleh Yayok selama menyelidiki bersama dengan Damar.
“Belum.” Damar menggaruk kepalanya merasa sedikit malu. Sama seperti kasus terakhirnya yang berat: kasus Renata, kasus orang hilang di pinggiran kota Y ini cukup membuat Damar pusing tujuh keliling. “Tadinya aku menduga penguntit Heksa ini mungkin adalah pelakunya. Tapi semakin dipikir lagi, semakin ada yang janggal. Dan jawabannya sudah aku temukan setelah melihat kematian penguntit itu.”
Ali menganggukkan kepalanya memahami kesulitan Damar. “Bapak cukup sial! Niat hati mau liburan malah ketemu kasus sulit begini!”
“Kamu ini!!” Damar mengangkat tangannya dan memukul sedikit bahu Ali. “Dibilang sial sih, nggak. Malah kasus seperti ini buat aku semangat lagi. Bukannya kamu sempet bingung aku kelihatan lesu sampai nyuruh Yayok buat ngajak aku liburan? Sekarang kenapa malah ngatai aku sial, huh??”
“He he he.” Ali terkekeh mendengar balasan Damar. “Kalo gitu Bapak beruntung gitu?”
Buk!! Damar memukul bahu Ali lagi dan kali ini pukulannya lebih keras dari sebelumnya. “Kamu ini!! Ada orang hilang dan mati kok dibilang beruntung!!”
“Aku salah lagi.” Ali mengomel kecil karena bingung dengan ucapan Damar.
“Sudah, sudah!! Ayo ke Kota Y!! Karena tersangkaku mati, itu artinya ada pelaku lain yang sedang mengincar orang-orang di desa itu! Kita harus cepat balik ke sana sebelum ada orang lain yang hilang dan menemukan orang sudah hilang!!”
“Ya, Pak.” Ali memasang sabuk pengamannya, menyalakan mesin mobilnya dan bersiap memutar mobilnya menuju ke arah Kota Y.
Kring, kring!! Tapi sebelum menginjak pedal gasnya dan membuat mobilnya melaju ke arah Kota Y, hp Ali berdering. Krekk! Ali buru-buru menarik rem tangannya dan menerima panggilan itu lebih dulu.
Ali berbincang sejenak sebelum akhirnya menutup panggilannya itu.
“Siapa?” tanya Damar sembari memejamkan matanya bersiap untuk tidur sepanjang perjalanan menuju kota Y.
“Pak, tim yang saya tugaskan untuk pergi ke rumah Bram-penguntit Heksa itu,sudah menemukan rumah Bram. Mereka menemukan hal nggak terduga di sana!”
“Apa?” Damar bertanya masih dengan matanya yang terpejam.
“Mayat wanita asing dan bersamaan dengan itu, di sana ada banyak foto Heksa yang dipajang di kamarnya. Kita ke sana dulu atau langsung ke Kota Y, Pak?” Ali bertanya karena merasa penemuan kali ini mungkin adalah sesuatu yang penting jika dilewatkan begitu saja.
“Kita ke sana dulu. Toh jaraknya lebih dekat!” Damar menjawab setelah menimbang selama beberapa detik.
“Baik, Pak!” Ali langsung menarik rem tangannya, menginjak pedal gasnya dan melaju ke arah pelaku penguntitan dari Heksa.
Wanita itu, Heksa …. Sembari berusaha memejamkan matanya dan beristirahat sejenak, Damar terus memikirkan rangkaian kasus yang terus ada di sekitar Heksa. Sebenarnya apa yang terjadi di dekatnya? Mendadak ada banyak kematian dengan orang-orang di dekatnya dan bersinggungan dengannya. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Heksa yang jadi pusatnya?
Di lokasi rumah Bram.
Setelah satu jam perjalanan, Damar dan Ali akhirnya tiba di lokasi. Di sana … Damar langsung memeriksa keadaan TKP dari mayat wanita yang ditemukan dalam keadaan kepala nyaris hancur dan tubuh yang terpotong-potong menjadi beberapa bagian.
“Ukh!! Wanita ini … sudah mati berapa lama?? Baunya menyengat sekali!!” Damar yang biasanya cukup tahan dengan bau mayat kali ini menutup hidungnya karena mayat kali ini ditemukan dalam keadaan yang cukup mengerikan.