Darling, bisa aku bedah kepalamu?

mahes.varaa
Chapter #22

BAB 22

Tujuan Damar saat ini adalah menuju ke kantor polisi pusat Kota Y dan memeriksa beberapa berkas mengenai tersangka barunya yang masih tak bisa dipercaya oleh Damar sepenuhnya. Hanya dengan satu foto saja, Damar tidak bisa membuat orang itu menjadi tersangka. Itulah keyakinan Damar.

Hanya saja kebetulan itu bukan kebetulan semata sebab setelah menemukan satu foto itu, Damar dan Ali yang memeriksa ratusan foto milik Bram mengenai Heksa dan menemukan beberapa foto lagi mengenai orang yang diduga sebagai pelakunya.

Begitu tiba di kantor kepolisian Kota Y, Ali langsung menghubungi temannya dan memintanya untuk menunjukkan semua berkas mengenai orang yang diduga pelaku oleh Damar.

“Gimana catatannya?” tanya Damar.

“Bersih, Pak. Sama sekali tidak ada catatan kriminal.”

“Apa aku salah menduga??” Damar meragukan kembali pikirannya sendiri karena telah membuat seseorang menjadi pelakunya hanya dengan bukti beberapa foto saja. Meski begitu … Damar merasa kebetulan itu bukanlah kebetulan semata.

“Pak?? Apa kita harus pergi dari sini??” tanya Ali setelah membaca semua berkas dan tidak menemukan apapun.

“Sebenarnya apa yang kalian cari?” tanya teman Ali.

Ali menjelaskan mengenai kasus di pinggiran kota Y di mana beberapa orang hilang tanpa jejak dan hanya ditemukan sandal atau sepatunya di pantai. Ali menjelaskan jika kasus itu terjadi lagi dan sudah dua orang jadi korbannya. Ali juga menjelaskan alasan Damar mencurigai beberapa pelaku karena semua korbannya berhubungan dengan wanita bernama Heksa sebelum menghilang. Ditambah lagi … penguntit Heksa ditemukan mati di tempat peristirahatan dan ada mayat wanita di rumah penguntit itu. Ali juga menjelaskan mengenai kasus lama di mana Heksa dulunya pernah terlibat.

“Kasus itu … kebetulan salah satu polisi senior di sini dulunya pernah bertugas jadi polisi di sana. Kalo aku nggak salah dengar dia bekerja di sana selama kurang lebih tujuh tahun. Dia menyelidiki kasus hilangnya orang di sana dan juga kasus tabrak lari di sana. Mau aku perkenalkan?”

Teman Ali itu memberikan secercah harapan pada Ali dan Damar yang benar-benar sedang mengalami kerumitan mengenai kasus ini.

Broom, broom!!

Malam sudah larut ketika akhirnya Damar bersama dengan Ali kembali ke desa pinggiran Kota Y. Baik Damar dan Ali benar-benar sudah lelah dengan seharian bekerja dan berkeliling. Jadi ketika tiba di penginapan, Damar dan Ali langsung ke kamar penginapannya dan beristirahat.

“Besok, kita akan menyelidiki apa, Pak?”

Damar mengeluarkan hpnya dan menunjukkan gambar yang diambilnya dari kumpulan foto milik Bram-penguntit Heksa. “Menemui Heksa dan bertanya tentang hubungannya dengan orang ini.”

“Apa selama Bapak di sini, Bapak nggak nemuin hubungan keduanya?” tanya Ali lagi.

Damar menggelengkan kepalanya. “Nggak, sama sekali nggak. Sudah lima belas tahun Heksa nggak pernah datang kembali ke desa ini. Kalo bukan karena penguntit itu, Heksa mungkin nggak akan kembali ke sini. Jadi wajar bukan kalo Heksa lupa banyak hal di desa ini?? Apalagi kenangan terakhirnya di desa ini adalah kenangan yang buruk. Jadi Heksa mungkin sudah melupakan banyak hal yang berhubungan dengan desa ini.”

Lihat selengkapnya