Setelah menanyakan alamat rumah sakit di mana Aksa dirawat, Damar dan Ali bergegas menuju rumah Heksa setelah mengisi perut mereka dengan cukup makanan pagi di penginapan.
Ting, tong!!
Ting, tong!!
Tidak seperti sebelumnya, kali ini Damar menunggu Heksa lebih lama di depan pintu pagar rumahnya.
“Apa mungkin Heksa sedang keluar, Pak?” tanya Ali.
“Mungkin, tapi … “ Damar menggelengkan kepalanya mengingat dua hari yang lalu saat berkunjung ke rumah Heksa. “Mengingat beberapa hari ini orang-orang di desa ini menghindari Heksa, dia harusnya nggak banyak keluar dari rumahnya. Ditambah lagi dengan penguntit yang membayanginya, Heksa nggak akan keluar dari rumah sembarangan.”
Damar juga ingat penjelasan Heksa saat membawa Aksa untuk melihat matahari terbit sebagai dalih memeriksa apakah pria itu adalah pria bayaran dari penguntitnya atau bukan. Damar yakin … Heksa tidak akan keluar dari rumah sembarangan apalagi di saat seperti ini.
Hup!!
Tanpa pikir panjang, Damar langsung memanjat pagar rumah Heksa dan membuat Ali yang berada di sampingnya kaget.
“Pak!!” Ali melirihkan suaranya mengingatkan Damar.
“Ini keadaan darurat.”
Hup!! Damar melompat turun setelah memanjat pagar rumah Heksa dan berniat membukakan pagar rumah Heksa untuk Ali yang sedang menunggu di depan. Tapi ketika melihat gembok pagar rumah Heksa tidak terkunci, Damar diam sejenak merasa aneh.
Ini aneh. Biasanya dia selalu mengunci pagar ini. Damar ingat beberapa kali berkunjung ke rumah ini, Heksa selalu mengunci pagarnya bahkan ketika tamu ada di dalam rumahnya.
“Kenapa, Pak?” Ali bertanya dari luar pagar.
Damar buru-buru membukakan pagar untuk Ali. “Ada yang aneh.”
“Loh pagarnya nggak kekunci??” tanya Ali melihat gembok di tangan Damar dalam posisi terbuka.
“Makanya aku bilang aneh. Aku ingat Heksa selalu mengunci pagarnya karena penguntitan yang dialaminya.”
“Pak, jangan bilang!!”
Merasa ada yang tidak beres, Damar dan Ali buru-buru masuk ke dalam rumah Heksa dan memeriksa seluruh rumah Heksa. Tapi setelah mencari ke seluruh bagian rumah Heksa, baik Damar dan Ali sama sekali tidak menemukan jejak Heksa di dalamnya.
Heksa nggak ada! Apa dia hilang juga seperti dua korban lainnya? Selagi berpikir, Damar kemudian melihat jemuran yang ada di samping rumah Heksa. Beberapa bajunya sudah dijemur dan beberapa lainnya masih ada di dalam keranjangnya. Hanya saja … baju itu sudah kering dan tak lagi basah. Ditambah lagi … baju-baju itu terdapat sedikit pasir pantai yang biasa dibawa angin laut saat malam.