“Desa ini dulunya adalah desa nelayan di mana semua penduduk laki-lakinya memiliki pekerajaan utama sebagai nelayan.” Okta memulai ceritanya pada Aksa mengenai sejarah desa ini dan hubungannya dengan orang tua Heksa.
Karena kebanyakan penduduk laki-lakinya bekerja sebagai nelayan, banyak terdapat janda di desa ini. tak bisa dipungkiri bekerja sebagai nelayan yang mengarungi ganasnya lautan adalah pekerjaan yang berbahaya. Janda ditinggal mati baik masih muda atau tua, sudah jadi hall umrah di desa ini. Tapi semuanya mulai berubah sejak saat itu.
Tiga puluh dua tahun yang lalu, datanglah suami istri yang tak lain adalah Ayah dan Ibu Heksa: Panji dan Tantri. Mereka berdua datang ke desa ini karena Ayah Heksa-Panji dipindahkan bekerja di kantor kecamatan yang tak jauh dari desa ini dan kebetulan rumah kosong yang bisa disewa ada di desa ini. Ibu Heksa-Tantri awalnya hanyalah ibu rumah tangga biasa. Tapi berkat pengalamannya yang dulu bekerja di berbagai tempat dan rasa sedihnya melihat banyak janda di desa ini karena kehilangan suaminya yang pergi menjadi nelayan, Ibu Heksa-Tantri berniat untuk mengubah desa ini.
Setahun setelah Heksa lahir, Ibu Heksa membeli rumah sewanya dan mengubahnya menjadi penginapan. Ibu Heksa kemudian mempromosikan desa pinggiran pantai dengan pemandangan yang indah ini kepada beberapa temannya yang bekerja di pariwisata dan tidak lama kemudian penginapannya pun ramai dikunjungi banyak wisatawan.
“Ibu Heksa itu dulunya pernah bekerja sebagai pemandu pariwisata selama dua tahun lamanya. Jadi beliau punya banyak teman, koneksi yang membuatnya dengan cepat mengubah desa ini … “
Beliau? Aksa terkejut mendengar Okta menyebut Ibu Heksa dengan sebutan yang sopan sekali. Apa Okta punya hubungan dengan Ibunya Heksa? Hubungan apa? Hubungan seperti apa?? Pertanyaan itu berputar-putar dalam benak Aksa selagi mendengar cerita Okta.
Berkat banyaknya jumlah wisatawan yang datang, Ibu Heksa kemudian meminta bantuan beberapa warga asli desa untuk membantunya. Ibu Heksa memberikan pelajaran, pelatihan untuk membuat penginapan dan rumah makan. Tidak hanya itu, Ibu Heksa juga mengajukan beberapa ide pada desa hingga kecamatan untuk mengelola dengan baik pantai dan lautan agar usaha itu terus berjalan.
“Hanya dalam lima tahun … desa berubah. Desa yang dulunya terlihat menyedihkan dengan banyak janda, anak yatim dengan perekonomian rendah, perlahan terlihat jauh lebih baik. Semuanya berjalan lancar hingga umurku 13 tahun.”
“Apa yang terjadi setelah itu?” tanya Aksa.
“Apa kamu tahu gimana Ibu Heksa meninggal?” Okta berbalik bertanya pada Aksa dan membuat Aksa bingung.
“Perkelahian dengan suaminya yang selingkuh dengan sahabatnya.” Aksa ingat pernah mendengar cerita ibu-ibu di desa yang membicarakan Heksa terutama ketika sedang makan di rumah makan langganannya.