Polisi senior yang akhirnya menemukan di mana mayat dari orang-orang hilang di desa setelah lima belas tahun lamanya, benar-benar membantu Damar. Tanpa banyak diminta, polisi senior itu membagi pasukan di bawahnya untuk menggali makam dan melakukan pencarian pada Aksa dan Heksa yang hilang.
Sementara itu … Damar dan Ali kembali ke penginapan di mana Aksa menyewa kamar untuk menemukan petunjuk yang mungkin akan membawanya pada Aksa yang telah menghilang karena ulah Okta.
“Kameranya nggak ada, Pak!”
Buk!! Mendengar ucapan Ali, Damar langsung memukulkan tangannya pada dinding di sampingnya karena merasa kesal. Aku terlambat lagi! Okta mungkin telah melihat kamera Aksa dan membawanya juga saat menculiknya!
“Gimana dengan tablet milik Aksa?” Damar bertanya lagi sembari mengingat tablet milik Aksa yang pernah dilihatnya ketika meminta kesaksian. “Aku ingat, Aksa bekerja menggunakan tablet.”
Ali mencari selama beberapa menit, sebelum akhirnya memberikan gelengan kepala pertanda bahwa benda yang diminta Damar telah menghilang bersama dengan pemiliknya.
“Sial!!” Damar mengumpat kesal karena kesalahan besar yang terus yang dilakukannya. “Padahal pelaku terus ada di dekatku dan Yayok!!! Okta pasti membaca semua gerakanku dan Yayok selama di sini!!! Sial!! Sial!!”
“Apa yang harus kita lakukan, Pak?” tanya Ali.
Huft, huft!!! Damar mengembuskan napasnya, berusaha untuk menghentikan emosinya yang keluar karena perasaan marahnya. Di mana?? Di mana mereka?? Di mana Okta membawa dan menyembunyikan mereka?? Berpikirlah otakku!!! Setelah kesalahan yang terus kamu lakukan, setidaknya kamu harus menyelamatkan dua orang itu!!!
Damar terus menekan otaknya untuk berpikir keras dan tanpa sadar kakinya berjalan ke arah rumah Okta.
“Pak!! Mau ke mana?” tanya Ali yang bingung melihat Damar keluar dari kamar yang disewa Aksa dan berjalan menuju ke rumah Okta.
“Cari petunjuk! Di rumah itu mungkin kita bisa menemukan petunjuk di mana Okta membawa Heksa dan Aksa!”
Ali yang sadar dengan apa yang ingin dicari oleh Damar, langsung mengambil hpnya untuk menghubungi temannya yang bekerja di kantor kepolisian pusat Kota Y dan meminta bantuan.
“Aku ingin minta bantuan!”
Damar terus berjalan masuk ke dalam kamar Okta, memperhatikan banyak foto Heksa yang tertempel di dinding kamarnya. Di antara banyak foto itu … ada satu foto besar Heksa yang nyaris seukuran dengan tinggi dinding yang tingginya sekitar 3 meter.
Di mana kamu menyembunyikan mereka, Okta? Selagi memperhatikan, Damar terus menelusuri setiap foto untuk menemukan petunjuk penting. Di mana kamu sembunyi?? Sayangnya setelah beberapa menit memperhatikan dan mencari, Damar sama sekali tidak mendapatkan petunjuk yang akan membawanya pada Heksa dan Aksa yang sekarang sedang hilang entah di mana.
Sial! Di mana mereka?? Kesal, Damar keluar dari kamar Okta, ke ruang tengah rumahnya yang terkesan kosong hanya dengan beberapa perabotan seadanya. TV layar datar yang berdebu pertanda jarang digunakan, sofa besar dan kecil yang kelihatan tak pernah digunakan, meja kopi di bagian tengahnya dan beberapa rak dinding yang sedikit dengan pajangan. Di antara pajangan itu ada beberapa foto lama yang Damar duga, itu adalah foto lama Okta dengan keluarganya yang sudah meninggal.
Dia, anak yatim piatu. Damar menatap dua foto terpisah: satu di antaranya adalah foto Okta dengan ibunya dan satu lagi adalah foto ibunya dengan ayahnya di pantai. Tidak jauh dari foto itu … Damar melihat miniature kapal feri kecil yang sedikit berdebu sama seperti dengan pajangan lain.
“Pak!!” Dari arah luar rumah Okta, terdengar suara Ali yang memanggil.
“Apa? Kamu dapat sesuatu?” tanya Damar.
“Ya, Pak.”