Damar dan Ali segera bergegas ke pelabuhan kecil desa di mana biasanya perahu kecil hingga sedang meilik nelayan berada. Setelah bertanya ke sana sini, Damar dan Ali tidak menemukan kapal feri milik Okta yang biasanya ada di pelabuhan.
“Biasanya memang di sini, Pak. Kadang ada yang menyewa kapal itu. Tapi sudah lebih dari tiga hari, kapal milik Okta itu nggak ada di sini.”
“Maksudnya nggak ada??” tanya Damar.
“Tiga hari yang lalu ada yang datang atas nama Okta dan membawa kapal itu. Kurasa harusnya ke desa sebelah.”
“Desa sebelah?”
“Ya, Pak. Pengunjung yang kadang menginap di desa sebelah juga kadang menyewa kapal milik Okta itu. Okta akrab dengan penduduk desa sebelah, karena sering ke sana. Makanya semua orang di sana tahu Okta punya kapal bagus yang sering disewakan pada pengunjung desa.”
Setelah mendapatkan keterangan dari penduduk, Damar melihat ke arah Ali dengan wajah penasaran. “Bukannya Okta juga punya properti di sana?”
“Ya, Pak.”
“Kalo gitu kita ke sana! Aksa dan Heksa mungkin di bawa ke sana! Makanya kita nggak nemuin mereka meski telah mengobrak-abrik desa ini!”
“Siap, Pak!”
Damar dan Ali segera bergegas ke mobil Ali dan bersiap untuk pergi ke desa sebelah. Broom, broom!!
“Lagi-lagi kita ke sini!” keluh Damar menginjak rem mobilnya ketika memasuki desa sebelah dari desa di mana dirinya menginap. Damar ingat dirinya pernah datang ke sini saat mencari Aksa tapi tidak berhasil menemukannya. “Alamat rumahnya, Li. Gimana sudah dapat?”
“Sudah, Pak.” Ali turun sebentar dari mobil dan bertanya pada penduduk sekitar mengenai alamat rumah milik Okta. Buk!! Setelah bertanya pada dua orang, Ali kembali masuk ke dalam mobil dan memberikan arahannya pada Damar yang duduk di belakang kemudi.
Krek!! Damar menarik rem tangannya ketika tiba di depan rumah yang ditunjuk Ali sebagai rumah properti milik Okta.
“Hati-hati!” Sebelum turun dari mobil, Damar memberikan peringatannya kepada Ali. Sebagai ketua tim dan atasan dari Ali, Damar menjunjung sekali prinsip hati-hati dalam pekerjaannya terutama anak buahnya. “Penjahat kali ini mungkin sedikit berbahaya!”
“Ya, Pak. Saya tahu. Saya akan berhati-hati.”
Damar dan Ali turun dari mobil mereka, berjalan ke arah rumah milik Okta dengan penuh waspada dan memeriksa sekitarnya sebelum menyerang masuk ke dalam rumah. Buk!! Pintu rumah Okta dalam keadaan terkunci. Jadi Damar dan Ali terpaksa merusak kunci dengan mendobrak pintu rumah itu dengan paksa.