Halangan? Membunuh untuk menyingkirkan halangan? Yang benar saja?? Aksa tidak bisa percaya dengan apa yang didengarnya dari mulut Okta. “Jangan buat alasan, Okta! Kamu membunuh karena kemarahanmu sendiri! Jangan bawa-bawa Heksa dan Ibunya sebagai alasanmu membunuh!”
“Alasan??” Okta mengulang kata itu sembari menatap Aksa dengan penuh amarah. Kali ini sorot mata Okta tak lagi ada perasaan menyesal dan sedih ketika menatap Aksa. “Itu bukan alasan! Itu tugasku! Menjaga Heksa adalah tugasku! Tapi sekarang … aku sudah nggak bisa menjaga Heksa lagi. Aku nggak bisa menjaganya lagi. Tapi aku nggak bisa ninggalin Heksa begitu aja. Siapa yang akan menjamin kalo pria brengsek macam dia, nggak akan datang lagi dan mengganggu Heksaku tersayang?”
Heksaku tersayang? Aksa bergidik mendengar panggilan itu keluar dari mulut Okta. Aksa kembali fokus dengan apa yang diucapkan Okta padanya. “P-pria mana yang kamu maksud, Okta?”
Okta membuat sudut bibir kanannya naik sedikit mendengar pertanyaan Aksa. “Selama lima belas tahun aku menunggu Heksa kembali ke sini. Dan kamu tahu, Aksa, apa alasan yang akhirnya membuat Heksa kembali ke sini? Pria itu menguntit dan mengusik hidup Heksaku tersayang! Jadi setelah beberapa tahun aku berhenti melakukan ‘itu’, aku kembali melakukannya demi Heksaku tersayang. Lalu wanita itu-wanita yang mengaku mencintaiku tapi kata-kata cinta dari mulutnya hanya sebatas ucapan saja, membuatku semakin tak bisa menahan keinginan untuk membunuh lagi.”
Sial!!! Aksa melihat sekelilingnya yang hanya ada lautan saja. Apa nggak ada yang akan datang menyelamatkanku dan Heksa? Aksa sekali lagi berusaha melepaskan ikatannya, tapi usahanya semakin membuat kedua tangan dan kakinya terluka semakin parah.
“Kamu hanya psikopat, Okta! Orang gila yang terobsesi dengan kalimat terakhir ibunya Heksa! Nggak lebih dari itu!” Aksa berusaha mengulur waktu sebelum Okta melemparkan jangkar yang akan membuat Heksa tenggelam di lautan.
Okta kembali tersenyum pada Aksa. “Bukankah aku mirip dengan pembunuh yang kamu tulis dalam ceritamu, Aksa?? Aku, Heksa dan penyidik yang datang menginap di penginapanku, kami semua adalah bagian dari ceritamu, Aksa! Itu sempurna sekali, Aksa! Benar-benar cerita yang sempurna!!”
“Eh??“ Aksa bergidik melihat Okta tersenyum ke arahnya membahas cerita milik Aksa. “I-itu hanya kebetulan, Okta! Meski aku menulis cerita itu dengan mengambil beberapa kejadian di desa dan membuat role model tokoh utama wanitanya adalah Heksa, tapi pembunuh dan penyidik dalam ceritaku bukan didasarkan padamu, Okta! Kamu salah besar, Okta!”
“Cih! Bahkan jika aku salah pun, nggak masalah, Aksa! Sebagai penggemarmu, Aksa, aku akan membantumu menulis akhir cerita yang bagus, Aksa! Pembunuh yang jatuh cinta pada tokoh utama sama seperti aku yang jatuh cinta pada Heksa selama ini. Aku terus ada di sisinya danmemperhatikannya. Tapi selama itu juga … aku, keberadaanku nggak pernah disadari oleh Heksa. Aku dan Heksa mirip, tapi kami tak pernah bisa bersama. Jadi … karena aku sudah nggak bisa menjaga Heksa lagi, aku akan membawanya mati bersamaku! Dengan begitu … kami akan selalu bersama selamanya tanpa ada satu orang pun yang menghalangi! Dan kamu pun mendapatkan akhir cerita yang bagus, Aksa!”
Jadi itu maksudnya akhir cerita, batin Aksa.
Okta mengikatkan satu kakinya pada rantai yang sama dengan Heksa yang terhubung dengan jangkar. Okta kemudian membawa jangkar itu ke tepi kapal dan bersiap untuk melemparnya.
“Setelah kamu bisa melepaskan diri, ambil tablet dan kameramu di ruangan tadi, Aksa. Tapi … aku menghapus beberapa foto di sana, Aksa! Kamu sebagai penulis yang kebetulan datang ke sini, kebetulan juga menangkap beberapa rahasiaku. Jadi … aku terpaksa menghapus beberapa foto di dalamnya, Aksa.”
“Okta! Jangan!” Aksa melihat Okta bersiap untuk melemparkan jangkar itu ke laut dan membuat dirinya bersama dengan Heksa tenggelam dalam lautan.