DARLINGTOWN

Rain Emmeline
Chapter #9

8. Kata Orang, Jatuh Cinta Membuatmu Semakin Cantik!

Aku sangat senang! Pagi ini aku menerima kabar dari toko roti “Honeyxx” bahwa aku bisa bekerja di sana mulai besok lusa. Tentu aku mempersiapkan pakaian terbaik dan segala yang kubutuhkan untuk hari itu. Sekarang, aku sangat tidak sabar hari-H datang…

Akhirnya penantianku di hari ini tiba juga. Pagi ini, aku telah mengenakan kemeja putih dan rok hitam serta merias tipis wajahku. Aku cukup puas dengan penampilanku yang terlihat rapi. Letak toko roti dengan apartemen cukup dekat sehingga kuputuskan untuk jalan kaki ke sana. Sebenarnya sebelum berangkat aku hendak pamit pada Angelica, tapi dia masih terlelap dan aku enggan membangunkannya. Sepertinya semalam dia begadang menyelesaikan pekerjaannya.

Hari ini sungguh cerah sehingga momen berjalan kaki ini menjadi sangat menyenangkan. Begitu tiba di depan toko roti yang terkesan minimalis tapi hangat ini, aku disambut oleh seorang pria berkemeja biru dan kacamata berbingkai emas.

“Selamat pagi, namamu Olivia?” tanyanya dengan tersenyum ramah sembari mengulurkan tangan mengajak bersalaman.

Aku langsung membalas menjabat tangannya dan ikut tersenyum. “Selamat pagi, iya saya Olivia. Umm, kalau Anda Pak Gabriel?” balasku sopan.

Pria itu mengangguk bersemangat. “Iya, saya Gabriel yang menghubungimu kemarin lusa.”

Aku mengangguk-angguk mengerti.

Tiba-tiba pria itu kembali berkata, “Oh ya, panggil saja aku Gabriel dan kamu tidak perlu bicara terlalu formal seperti itu, santai saja. Ayo kita masuk, aku akan mengenalkanmu dengan yang lainnya. Setelah itu kita bisa memulai untuk instruksi pekerjaanmu.”

Ternyata, Gabriel ini adalah pemilik toko roti “Honeyxx” yang telah beroperasi semenjak dua tahun lalu. Pria ini tampan, ramah, dan berwibawa, semua pegawai sangat menghormati sekaligus sayang padanya. Gabriel selalu mengajari kami dengan sabar dan tidak memandang status. Baru hari pertama dan aku sudah sangat mengaguminya. Wanita yang menjadi pasangannya pasti sangat beruntung. Tapi, anehnya tidak ada satu pun pegawai yang mengetahui tentang pasangannya. Oh ya, berbicara tentang pegawai, di toko ini terdapat beberapa pegawai. Mereka adalah Sarah, Rebecca, Mario, dan Geraldo.

Semua pegawai sangat akrab satu sama lain, meski baru hari pertama mereka sudah memperlakukanku selayaknya keluarga sendiri. Akhirnya hari ini telah berakhir dan aku pulang ke apartemen dengan perasaan senang. Tapi aku masih bertanya-tanya tentang kekasih Gabriel. Pria itu terlihat sangat misterius.

.

.

.

Keesokannya Litani datang ke kampus mengenakan kemeja putih dan rok berwarna hijau pastel. Hal ini sangat jarang terjadi karena Litani sangat anti dengan rok, bahkan rambutnya juga dicatok. Terra yang melihatnya sampai berdecak kagum dan pangling melihat sahabatnya yang tampil berbeda itu.

“Litani!!! Kamu baik-baik saja, kan? Kamu nggak lagi kesambet, kan? Tumben sekali pakai rok! Rambutmu juga sangat cantik pagi ini!!!” seru Terra dengan heboh seolah melihat Miss Universe di kampus mereka.

Mendapat reaksi heboh dari Terra sekaligus diperhatikan oleh beberapa teman mereka membuat wajah Litani bersemu merah. Dia tahu kalau selama ini penampilannya tidak seluar biasa ini, tapi sikap teman-temannya itu membuatnya sedikit tersipu.

“Apaan sih, Ter? Kamu heboh banget, kayak biasanya aku tampil seperti kuli bangunan terus hari ini aku jadi princess gitu??” balas Litani dengan wajah malasnya.

“Ih, maksudku bukan gitu. Kamu selalu cantik, setiap hari juga cantik. Tapi hari ini kamu beda banget. Kenapa rasanya kamu kayak bersinar gitu, ya? Auramu itu kayak kamu lagi jatuh cinta!!” ujar Terra makin heboh.

Dengan buru-buru Litani membungkam mulut Terra. “Ya ampun Terra, bisa nggak kamu kalau ngomong diatur volumenya? Nanti semua orang pada noleh ke sini!”

Terra tergelak sejenak. Kemudian gadis itu mengamati wajah Litani sekali lagi, menemukan sesuatu yang cukup mencolok. “Tapi bawah matamu kok hitam? Jangan-jangan kamu nggak bisa tidur? Astaga Litani, kemarin kamu ngapain saja kok sampai nggak bisa tidur??” tanya Terra.

Kali ini Litani merasa gatal, mulutnya tidak tahan untuk menceritakan tentang editor barunya itu. Ini memang sangat memalukan, tetapi setidaknya Terra yang merupakan sahabatnya berhak tahu. “Jadi, Ter, sebenarnya kemarin aku…”

Cerita mengalir dengan lancar dari mulut gadis tersebut sementara Terra mendengar dengan saksama.

.

Ketika Sastra baru tiba di kelas, reaksi cowok itu sama tercengangnya seperti mahasiswa lain saat melihat penampilan Litani. Sastra sempat terkesima dan mengamati Litani dari ujung kepala hingga kaki baru kemudian tertawa. Tawa cowok itu mengakibatkan Litani mengerutkan keningnya sebal.

“Kenapa ketawa gitu, sih? Memangnya penampilanku jelek banget, ya?” tanya Litani kesal.

Sastra menyahut dengan gelengan dan menghentikan tawanya. “Nggak Lit, nggak jelek kok. Cuma penampilanmu benar-benar beda, aku jadi pangling lihatnya. Ya bukan berarti biasanya kamu tomboy banget ya nggak, hanya saja kamu nggak pernah berpakaian kayak gini.”

Lihat selengkapnya