DARLINGTOWN

Rain Emmeline
Chapter #14

13. Sudut Pandang Baru dari Sang Editor.

“Akhiri sajalah pencarian konyolmu itu. Kamu harus bertemu dengan berapa banyak predator baru kapok?” komentar Erik ketika mendengar ceritaku di telepon.

Aku lega dapat bercerita dengan Erik sampai air mataku bisa mengalir sepuasnya. Tapi ucapannya sungguh membuatku tersinggung. “Pencarian konyol katamu?! Ini bukan pencarian yang konyol, Erik! Lagipula aku yakin laki-laki di dunia ini masih banyak yang baik. Orang-orang yang kutemui hanyalah segelintir laki-laki br*ngs*k!”

“Sudahlah, sia-sia saja kamu terus berada di tempat itu. Aku selalu heran, bagaimana bisa wanita dewasa sepertimu masih percaya mitos itu? Apa kamu tidak jera berkencan dengan laki-laki obsesif atau mesum begitu?” balas Erik lagi.

Aku tidak terima dibilang mempercayai mitos seperti itu. “Aku yakin ini bukan mitos. Setidaknya aku berusaha mencari daripada kamu yang hanya berdiam diri. Di sini juga ada laki-laki yang baik.”

“Aku tidak berdiam diri, Olivia. Oke, kalau begitu kenapa tidak mendekati laki-laki yang baik itu?” tanya Erik.

Aku jadi berpikir. Benar juga kata Erik, kenapa aku tidak mendekati yang sudah pasti baik saja? “Mmm, mereka tidak tertarik padaku sepertinya. Aku mendekati orang yang terlihat tertarik padaku sejak awal.”

“Sayang, dekati saja orang yang baik sedari awal. Jangan bermain lagi dengan laki-laki yang tidak benar. Aku akan menunggu kabar baik darimu.”

“Oke.”

“Oh ya, satu lagi.” Aku memasang telinga dan konsentrasi untuk mendengarkan kalimat selanjutnya dengan saksama. “Aku tidak ingin mendengarkan tangisanmu lagi karena bertemu dengan pria yang salah. Apa kamu bisa berjanji?”

Aku ragu, bagaimana aku bisa berjanji bahwa aku akan selalu bertemu dengan pria yang baik? Permasalahannya adalah mereka selalu menunjukkan kepribadian yang berbeda ketika sudah lebih lama mengenal. Seakan mereka selalu menunjukkan sisi baiknya di awal dan setelah lama kenal baru menunjukkan sisi jeleknya.

“Halo, Olivia? Apa kamu mendengarku?” tanya Erik mengembalikan kesadaranku.

“Ah iya. Tapi aku tidak bisa berjanji, Erik. Orang tidak mungkin langsung menunjukkan sifat aslinya saat pertama bertemu.”

“Baiklah. Kalau begitu berjanjilah ketika kamu bertemu dengan orang jahat lagi, kamu harus langsung menjauhinya. Jagalah dirimu di sana, karena aku tidak bisa melakukannya.”

“Makanya kamu ke sini!” sahutku dengan tawa kecil.

“Tidak tertarik.”

Ah, lagi-lagi dia berkata begitu. Mungkin aku harus menemukan jodohku dulu di sini baru dia mau mempertimbangkan pergi ke Darlingtown. Wah, kalau begini caranya, aku akan semakin bersemangat untuk melakukan pencarian jodoh!!!

.

.

Lihat selengkapnya