DARLINGTOWN

Rain Emmeline
Chapter #21

20. Ada Apa dengan Gadis Itu?

Konstanta sedang sibuk di ruangannya menekuri naskah salah satu aktris kondang. Merevisi tulisan wanita itu menguras banyak energi serta pikirannya. Bagaimana bisa tulisan yang berantakan seperti ini akan diterbitkan? Mentang-mentang, penulisnya adalah public figure, jadi mereka bersedia saja menerbitkannya? Beruntung penerbitan mereka bersedia menyuntingnya, kalau tidak kasihan orang-orang yang akan membaca buku ini. Bisa-bisa usai membaca malah terkena serangan jantung atau sakit mata.

Menulis personal literature seperti ini bisa dilakukannya dengan mudah. Konstanta sampai berulang kali mendesah saking tidak habis pikir dengan susunan kata di karya ini. Itu pun kalau tulisan ini masih layak disebut karya. Seharusnya atasan mereka menerima project penerbitan ini sendiri, tidak perlu merepotkannya juga. Seakan pekerjaannya masih kurang banyak.

Makin merasa frustrasi dengan tulisan tersebut, Konstanta bangkit dan berjalan menuju ruang pantry untuk membuat kopi. Bisa-bisa dia harus meminum kopi lima gelas hari ini agar terjaga semalaman untuk merevisi buku ini. Tugas barunya ini benar-benar bertabrakan dengan idealismenya sebagai editor.

Usai menjernihkan pikirannya sejenak, Konstanta menatap layar ponselnya. Sebenarnya pria ini heran karena Litani tidak menghubunginya selama beberapa hari terakhir. Bagaimana progres novelnya? Apakah hari ini dia tidak akan mengajaknya jalan-jalan?

“Mungkin dia sibuk dengan tugas kuliahnya. Minggu depan saja aku menghubunginya.” Konstanta bergumam pada dirinya sendiri seraya merenggangkan tubuhnya.

“Oke, suka nggak suka, ini tetap pekerjaanku!” ujar Konstanta menyemangati dirinya sendiri dan menyiapkan mentalnya untuk ‘bertempur’.

***

Sudah hampir dua minggu Litani tidak menghubunginya. Dia sendiri tidak mengirim pesan pada anak itu karena berpikir kalau Litani tidak mencarinya maka tidak ada yang mau dibicarakannya. Sembari menatap laptopnya, Konstanta memikirkan Litani. Sebenarnya aneh juga dia tidak menghubunginya selama ini. Tapi di sisi lain Konstanta memaklumi kalau Litani sedikit terlambat karena pasti mengurus perkuliahan itu sibuk. Terutama dia sedang berada di semester atas, pasti tugasnya sangat banyak itu pun belum termasuk praktek lapangannya.

Tapi daripada memakan waktu lebih lama lagi, maka Konstanta meraih ponselnya dan mengetikkan pesan untuk Litani. “Hai, gimana kabarmu dan novelmu?” Begitulah isi chat tersebut.

Kemudian Konstanta menaruh ponsel kembali ke meja dan mencurahkan konsentrasi pada laptopnya. Tetapi hingga beberapa jam Litani masih belum membalasnya.

“Apa anak ini sangat sibuk sampai nggak bisa membalas chat?” tanya Konstanta pada dirinya sendiri. Terutama anak itu mematikan fitur last seen-nya sehingga Konstanta tidak dapat mengetahui kapan terakhir Litani aktif. Merepotkan sekali.

Tiba-tiba dia merasa khawatir, jangan-jangan sesuatu terjadi pada Litani. Anak itu kan mudah stres dan hanya memiliki sedikit teman baik. Ah, tapi ada Sastra. Cowok itu terlihat peduli pada Litani, tidak mungkin dibiarkannya Litani sendirian.

Lihat selengkapnya