“Ini toh rumah Kak Tara?” gumam Konstanta menengok dari jendela mobilnya ketika mereka tiba di depan sebuah rumah yang tampak masih baru.
Litani membaca chat editor lamanya itu sekali lagi dan mencocokkan dengan nomor dan blok di depan rumah tersebut. “Dari chat Kak Tara sih tulisannya begitu.”
“Ya sudah, ayo kita turun saja daripada bingung sendiri di sini.” Pria itu pun mematikan mesin mobil dan mereka turun bersama.
Begitu keluar dari mobil, Tara langsung menyambut mereka dengan wajah berseri-seri. Perempuan yang telah menjadi ibu itu langsung membuka pagar dan memeluk Litani dengan erat.
“Ya ampun, rasanya seperti sepuluh tahun kita nggak bertemu!” pekik Tara senang seraya memandang wajah Litani.
Gadis itu langsung menyahuti mantan editornya tersebut. “Ah, Kak Tara berlebihan sekali! Baru juga setahun nggak sampai. Ya ampun, Kak, makin cantik saja! Nggak kelihatan kalau Kakak sudah jadi mama muda!” puji Litani dengan tulus.
“Ah, bisa saja kamu! Kamu sendiri masih imut seperti anak SMP!” balas Tara kembali memuji. “Oh iya, ayo masuk ke rumahku! Pasti kalian capek di perjalanan!” ajaknya seraya menggandeng Litani.
“Sekarang aku sedang berdua saja dengan anakku, suamiku masih bekerja di kantor.” Tara bercerita ketika mereka memasuki rumah.
Litani mengamati suasana rumah dan merasa rumah itu benar-benar mencerminkan Tara. Meski terlihat minimalis, tapi rumah itu terasa luas dan nyaman. Kemudian Tara mengajak mereka melihat bayinya yang sedang tidur.
“Ayo kenalkan, ini namanya Michaela Angela Santosa. Maaf ya saat ini anakku sedang tidur, jadi nggak bisa main bareng kalian.” Tara berbisik pada Litani dan Konstanta.
“Oh iya nggak apa, Kak. Lucu sekali ya Michaela.” Litani balas berbisik.
Konstanta terdiam menatap bayi yang sedang pulas itu. “Iya, lucu sekali anak Kakak.” Pria itu memuji dengan kikuk, dia tidak mengerti harus berkomentar apa.