Seorang mahasiswa tampan, berkulit sawo matang, serta berambut hitam nan gondrong di ikat menggunakan dua karet gelang, yang tadi ia ambil dari cantelan gelas di rak piring rumahnya. Kini ia sedang termenung bingung. Tangan kanannya memegang sebuah pulpen, tangan kirinya memegang selembar kertas, yang sudah ia sobek dari buku catatan pelajaran adiknya dengan alasan bahwa kertas-kertas dan buku yang ia miliki sudah habis tanpa tersisa satu lembar pun. Pikirannya me-langlang buana entah kemana, matanya memandang lurus ke arah depan, jam dinding menunjukan pukul dua belas malam, music box sedang memutarkan lagu-lagu bergenre rock dengan volume yang cukup keras.
TOKKK!!! TOKKK!!! TOKKK!!!
Pintu kamar diketuk oleh seseorang dari luar, matanya langsung terbelalak hingga membuat dirinya tersadar dari lamunan yang panjang itu. Secara spontan tangannya mengecilkan volume musik yang ia putar keras-keras untuk meramaikan suasana malam harinya yang sunyi.
“Darma, bisa buka pintunya dulu sebentar?” Sebuah suara halus dari seorang perempuan paruh baya yang sedang berdiri menunggu di balik pintu. Tak lama kemudian pintu terbuka dengan cukup lebar. Terlihatlah pemandangan kamar yang sangat berantakan, gumpalan-gumpalan kertas ber-serakan dan terhampar begitu saja disana.
“Ada apa Bu?” Tanya Darma kepada Ibunya.
“Ini Ibu buatin kopi buat kamu. Kamu tadi bilang ke Ibu mau ngerjain tugas dari kampus sampe malem” Ibu segera memberikan kopi racikannya itu kepada Darma.
Darma memang bukan tipikal anak yang suka merepotkan orang tuanya. Hal-hal kecil seperti membuat kopi, bersih-bersih rumah, bahkan mencuci pakaian hingga menyetrika baju selalu ia lakukan seorang diri. Namun, ada satu hal yang tidak bisa ia lakukan sendiri yaitu, memasak.
“Tugas mah udah selesai dari tadi Bu” Darma tersenyum melihat raut wajah Ibunya yang terlihat kebingungan setelah mendengar ucapannya. Ibu merasa tidak percaya bahwa Darma sudah menyelesaikan tugas dari kampusnya itu.
“Apanya yang selesai!”” Ibu masih tak percaya, kemudian ia melarak-lirik, ke segala arah kamar Darma. “Tuh...” Menunjuk ke arah gumpalan-gumpalan kertas, alat tulis dan barang yang berserakan lainnya. “Masih berantakan, kan?”.
Darma membalikan badannya untuk melihat apa yang ditunjuk oleh Ibunya tadi.
“Oh itu!” Darma menyahuti perkataan Ibunya dengan sangat santai. “Tadi lagi iseng mau buat apa lah gitu, tapi masih bingung jadi hasilnya kayak gitu. Berantakan” Tawa kecil terdengar dari mulut Darma.
“Yaudah atuh. Ibu mau tidur duluan udah ngantuk” Berjalan menjauh dari hadapan Darma sambil menguap.