DARMA INDAH

Aditya Maulana Yusuf
Chapter #2

Satu

 Adzan subuh yang sedang berkumandang membuat seluruh penghuni rumah terbangun, kecuali Arman yang selalu saja harus di bangunkan terlebih dahulu oleh Ibunya setiap subuh. Darma, Arman dan Ibunya bergiliran mengambil wudhu, mereka melaksanakan sholat subuh berjamaah di kamar Ibunya, dan Darma yang selalu menjadi Imam.

Setelah selesai sholat, Ibu bergegas menuju dapur untuk mempersiapkan sarapan bagi anak-anaknya. Arman mengikuti Ibunya ke dapur, tetapi bukan untuk ikut memasak, melainkan hanya duduk di meja makan menunggu makanannya matang. Darma si anak sulung sedang ingin sekali membersihkan kamarnya saja pagi hari itu, sebelum dirinya pergi berangkat menuju kampus.

Jaring laba-laba yang sudah mulai memenuhi setiap sudut plafon kamarnya, menjadi salah satu alasan Darma untuk bersih-bersih di pagi itu. Menurut Darma pemandangan kamarnya sudah kurang enak dilihat, dan Darma pun mungkin akan merasa malu jika suatu saat nanti teman-temannya ber-kunjung ke rumahnya, entah itu sekedar main atau mengerjakan tugas bersama di dalam kamarnya itu. Dua puluh menit waktu yang diperlukan Darma untuk membersihkan seluruh isi kamar. Matanya tiba-tiba saja terfokus pada lemari tua yang jarang sekali di buka apalagi menggunakannya. Lemari baru yang di belikan oleh Ibunya satu tahun lalu kini yang menggantikannya.

Pintu lemari satu persatu terbuka. Debu-debu berterbangan keluar sampai-sampai membuat Darma bersin-bersin dan merasa sesak. Lantas ia menggunakan bajunya untuk menutupi lubang hidung dan mulutnya. Tangannya meraih salah satu bingkai foto berwarna coklat di antara tumpukan bingkai foto lainnya. Pintu lemari di tutup dan di kunci kembali agar debu-debu tidak berterbangan lagi di kamarnya. Darma berjalan menuju tempat tidurnya dan ia langsung duduk di atasnya. Kini foto tersebut ditatap begitu dalam olehnya, sampai-sampai dirinya tersenyum-senyum sendiri seperti orang kurang waras.

Foto itu menyimpan salah satu kenangan dan kebahagiaan. Di sana diperlihatkan barisan anak laki-laki dan perempuan yang sedang memakai baju berwarna putih serta celana berwarna merah. Salah satu kenangan masa lalu yang masih terkenang di hatinya. Darma seperti ter-flashback kembali ke masa lalu ketika ia masih bersekolah bersama kawan-kawannya di Bogor Jawa Barat sebelum ia dan keluarganya pindah ke Ibukota.

Darma masih tak bisa menghilangkan perasaannya itu begitu saja. Senyum-senyum sendiri sambil mengingat peristiwa-peristiwa lucu di Sekolah dulu, pasti pernah di rasakan oleh semua orang menurutnya.

“Aa, kenapa senyum-senyum sendiri?”Tanpa sepengetahuan Darma, Arman sang adik sedari tadi sudah memperhatikan Kakaknya itu dari dekat pintu. Kira-kira ia sudah berada disana lima menit yang lalu.

Seketika Darma kaget melihat adiknya yang tiba-tiba ada disana, sedang tersenyum sambil menatap kearahnya. Darma tak memberi tahu alasan yang sebenarnya karena ia pikir, suatu hari nanti Arman juga akan mengalami hal yang sama seperti dirinya.

“Nggak kenapa-kenapa De” Menjawab pertanyaan Adiknya dengan gelagapan. Suasana sudah tidak lagi mendukung untuk melanjutkan kegiatan senyum-senyum sendiri itu. Darma bangkit dari duduknya, berjalan kembali menuju lemari tua tersebut sambil mengusap-ngusap foto yang terlihat sudah berubah warna dan cukup kusam. Darma menyimpan kembali foto tersebut kedalam lemari tua itu.

“A, kata Ibu sarapan dulu mumpung masih anget” Akhirnya Arman berbicara lagi, karena dari tadi ia hanya bertanya sekali. Selepas itu dia diam saja seperti boneka doraemon milik Darma yang tersandar disebelah lampu tidur.

Kakak beradik ini sangat dekat sekali, meski Darma sedang sibuk sekalipun jika adiknya mengajaknya bermain, Darma selalu siap mengabulkanya sebisa mungkin dan semampu dirinya.

Lihat selengkapnya