Pak Bowo sedang mengobrol berdua dengan Darma di kantin, setelah menyelesaikan proses belajar mengajarnya. Mereka berdua berbincang-bincang, membahas sebuah lomba pembuatan film pendek yang akan di adakan oleh salah satu rumah produksi ternama di Jakarta dalam waktu dekat. Pak Bowo lebih setuju kepada Darma yang duduk kembali di kursi sutradara, ketimbang memilih Morgan untuk duduk disana.
Morgan Vitto Nirwana. Ia adalah teman sekelas Darma. Namun, dirinya tak menyukai Darma karena selalu di anak emaskan oleh para senior dan Dosen di jurusan perfilman. Morgan berpikir bahwa Darma mendapat beasiswa di jurusan tersebut, karena keberuntungan saja, bukan dari keterampilan yang dia miliki. Namun, kenyataan malah tak sejalan dengan pikirannya, kini terbukti bahwa Darma mempunyai keterampilan yang mampu membuatnya di percaya untuk selalu mengisi kursi sutradara dalam lomba-lomba film yang kampusnya ikuti.
Morgan selalu mempunyai rasa iri di dalam hatinya terhadap Darma, hingga ia sering menganggu, menjahili bahkan berusaha untuk menjatuhkan reputasi Darma di kampus. Darma memang tak ingin mencari dan mendapat masalah. Maka dari itu ketika Morgan melakukan sesuatu pada dirinya, ia selalu acuh tanpa mempedulikan teman sekelasnya itu. Menurut Darma, nanti juga Morgan akan berhenti melakukan hal-hal seperti itu jika dirinya sudah lelah dan jenuh. Bisa di bilang Morgan adalah anak yang sombong, sering berbuat onar di kampus, memanfaatkan uangnya yang banyak untuk mencari teman, mahasiswa-mahasiswa disana pun jengkel akan kelakuannya, Namun tak ada yang berani menegurnya, kecuali satu orang laki-laki yang bernama Darma Aji Setiawan.
Suatu ketika suasana di kelas sedang tak kondusif. Seluruh penghuni kelas di buat kebingungan, karena salah satu kamera hasil patungan mereka rusak dan tak bisa di gunakan sama sekali. Mereka semua pun tak tahu siapa orang yang berani merusaknya, Darma dan Bara selalu menjadi yang terdepan jika terjadi sesuatu di kelasnya. Akhirnya mereka bergerak menuju ruang satpam untuk memeriksa kamera cctv disana. Setelah tiga puluh menit memeriksa kamera cctv itu, Darma dan Bara sudah tahu siapa pelakunya yang sudah berani merusak salah satu aset kelasnya. Orang yang berani merusak kamera itu adalah Morgan, teman sekelas mereka sendiri. Emosi Darma dan Bara memuncak saat itu juga.
“Ada yang tahu Morgan sekarang dimana?” Bara bertanya kepada seluruh penghuni kelas. Namun, tak ada satu orang pun yang menjawab. Bibir mereka seperti terkunci dan di bungkam.
“Kalian jangan pada takut. Masalah ini Gue sama Bara yang tanggung jawab, cepet kasih tahu dimana Darma? Biar Gue bawa kesini dan minta pertanggung jawaban dari dia” Darma berusaha membujuk teman-temanya untuk buka suara. Dan memberitahu keberadaan Morgan.
“Dam!” Teriak Sharron. Teman sekelasnya yang tiba-tiba saja berdiri dan mengangkat tangannya. “Tadi Gue liat Morgan lagi makan di kantin sama temen-temennya” Sharron melanjutkan ucapanya dengan lantang dan berani.
“OK! Makasih Sharron” Darma beranjak menuju kantin dan Bara mengikutinya dari belakang. Wajah mereka terlihat sangat kesal dan penuh amarah.
Terlihat Morgan sedang tertawa-tawa sambil menyantap makan siang bersama teman-temanya. Darma dan Bara langsung menghampirinya. Darma menarik jaket yang sedang di gunakan Morgan, membawanya menuju kelas, untuk di introgasi disana. Sesampainya di kelas, Darma mendorong Morgan ke meja, hingga meja itu bergeser cukup jauh ke belakang dan membuat Morgan jatuh ke lantai.