DARMA INDAH

Aditya Maulana Yusuf
Chapter #8

Tujuh

Darma bertemu lagi dengan Indah untuk yang ketiga kalinya di sebuah cafe dekat kota tua pada malam hari. Mereka duduk berhadapan, kopi hitam pesanan Darma dan kopi cappucino pesanan Indah, kini sudah ada di depan mereka masing-masing. Darma mendecak kagum dan tertegun, Indah terlihat sangat cantik hari ini. Matanya berbinar, dan menatap ke arahnya.

“Dam, ada yang pengen aku omongin?” Indah membuka obrolan seperti ingin memberitahu sesuatu. Darma mengiyakan saja tanpa basa-basi.

“Kamu tahu Morgan?” Indah tiba-tiba bertanya seperti itu. “Tau lah! Kan dia teman sekelasku di kampus” Jelas Darma sambil mengepalkan tangannya yang terasa dingin karena AC di cafe itu begitu banyak. “Dia pacarku Dam....” Nada bicaranya memelan.

“Aku udah tahu. Waktu kamu ngobrol sama dia di depan gerbang kampus” Darma menatap Indah yang sedang menunduk seperti tak bersemangat.

“Kamu nggak marah?” Tanya Indah penasaran.

“Aku nggak punya hak buat marah, Dah. Lagian kenapa juga aku mesti marah. Harusnya dia yang marah sama aku, karena mengajak pacarnya jalan-jalan seharian tanpa minta izin dan mengirimnya sebuah pesan” Darma menjawab pertanyaan Indah yang singkat itu dengan panjang lebar.

“Maaf Dam...” Rintih Indah.

“Kamu ngajak aku kesini cuma mau ngobrolin ini doang? Santai Darma, matanya masih menyorot ke arah Indah. “Nggak Dam, ada hal yang lebih penting lagi!!!” Indah menegakan kepalanya.

“Morgan selingkuh...” Kata-kata itu baru saja terlontar dari bibirnya dengan suara yang gelagapan.

Darma diam sejenak. Menghembuskan nafas panjangnya, perasaannya menjadi sedih dan kesal ketika mendengarnya. Ia memindahkan kursinya dan duduk di samping Indah.

“Aku merasa aneh, heran dan bingung sama sebagian orang-orang di luar sana. Sudah punya pasangan yang cantiknya nggak ke tolong, pinter, baik dan asik ketika di ajak ngobrol, masih aja suka ngeduain” Tangis Indah pecah ia memeluk Darma dengan sangat erat. “Aku ngomong begini bukan berarti ingin seperti mereka, Ndah. Aku cuma kecewa saja. Selama ini aku mendengar tentang kejadian seperti ini hanya dari orang-orang dan di media-media sosial, tapi kali ini yang ngalaminnya kamu, Ndah. Kenapa gitu padahal mereka tuh bisa segini, tapi masih minta lebih?” Tangan Indah ia genggam, hujan air mata mulai membasahi jaket Darma. Musik sedih tiba-tiba terputar di cafe itu, seakan-akan sudah tahu bahwa ada seorang wanita yang sedang tersakiti hatinya.

“Sudah jangan nangis lagi. Biarkan orang-orang tak punya hati itu pergi, dan biarkan aku menjadi wadah yang tepat, agar kau bisa melupakan semua ini dengan cepat” Rambutnya yang terurai kinis sedang di elus-elus oleh Darma.

Lihat selengkapnya