8 Bulan berlalu. Darma sudah sembuh dan sehat walafiat seperti sedia kala. Ia sudah bisa berjalan bahkan sudah bisa menaiki motor kesayangannya yang sudah di perbaiki seperti semula. Indah mengajak Darma untuk main ke rumahnya. Darma tentu saja menyetujui pemintaan Indah dengan senang hati. Tanpa berpikir-pikir lagi.
Mereka akhirnya sampai di rumah Indah. Rumahnya berwarna putih bersih tanpa ada tambahan warna cat-cat lainnya. Darma dan Indah duduk di ruang tamu sambil bercanda ria bersama. Mata Darma tiba-tiba tertuju pada sebuah undangan yang terdapat di bawah meja.
“Undangan dari siapa nih?” Tanya Darma secara singkat. “Oh itu dari Nadin, minggu depan dia mau nikah, udah mantep katanya” Indah menunjukan foto Nadin kepada Darma. “Kalo nanti kita buat undangan kayak gini bagus juga kayaknya!” Darma menunjuk motif yang tertera pada undangan terebut. “Banyangin deh, kalo nama kita ada disitu, kayak nama hotel tau nggak?” Darma mendengarnya tertawa terbahak-bahak. “Iya yah. Darma Indah, menikah pada tanggal sekian-sekian. Kayak nama hotel hehehe” Indah pun ikut tertawa. “Insyaallah nanti kalo punya hotel kita namain DARMA INDAH” Darma turut mengamini saja perkataan Indah Itu.
Indah kini sedang ke dapur membuatkan minuman untuk Darma. Namun, belum kunjung kembali. Terdengar suara orang yang sedang berdebat namun terdengar samar. Darma menghiraukan saja ia fokus membuka grup whatsapp nya, untuk mencari informasi-informasi terbaru dari kampusnya.
“Papah jangan mutusin hal besar kayak gini secara buru-buru dong” Indah protes terhadap Papanya yang dalam waktu dekat ini akan memboyong Indah beserta Adiknya dan Ibunya menuju jepang, karena sang Papah sudah merencanakan hal ini bertahun-tahun lalu. Namun, Dana untuk membangun bisnis disana baru terkumpul di tahun ini. “Aku pengen ngejar cita-citaku Pah!” Indah masih saja berdebat dengan Papahnya. “Sudah buang saja obsesi mu yang belum jelas akan menguntungkan kamu atau tidak. Mending kamu berhenti sampai disini” Papahnya cukup kesal jika mendengar Indah, yang selalu saja membicarakan hal tersebut ketika sedang mengobrol denganya.
Darma yang merasa jenuh berdiri dari kursinya. Ia berjalan-jalan sambil melihat-lihat lukisan yang terlihat cantik dan elegan. Mata Darma tiba-tiba tertuju pada satu ruangan yang terbuka dan lampunya masih menyala. Ia memanggil-manggil Indah, namun tak kunjung ada jawaban. Darma masuk begitu saja ke ruangan tersebut, ia melihat banyak kertas berserakan di lantai. Namun ada satu hal yang menarik perhatian Darma, yaitu sebuah naskah yang cukup tebal berada di atas lemari dekat TV. Darma membacanya perlahan-lahan, lama kelamaan ia merasa bahwa cerita yang tertulis disana itu sama dengan peristiwa-peristiwa yang ia alami. Sampai dimana Darma menemukan namanya sendiri tertera begitu saja disana.
Wajah Darma berubah kesal, ia langsung pergi begitu saja dari rumah pacarnya itu tanpa pamit terlebih dahulu. Darma mengendarai motornya dengan sangat kencang. Menuju ke suatu tempat. Indah yang sedari tadi sibuk berdebat dengan Papahnya, ia lupa bahwa Darma sedang menunggunya di ruang tamu. Ia memeriksa ruang tamu namun tak kunjung menemukan Darma, pacarnya itu. Ia berlari menuju kamarnya dan melihat ke arah meja dekat TV, ia terkejut naskahnya menghilang besamaan dengan Darma yang tiba-tiba tak ada di ruang tamu.
“Jangan-jangan" Mukanya berubah panik, matanya memancarkan rasa ketakutan. "Ahh! Sial!!!" Kakinya menghentak-hentak ubin, tangannya tak bisa berhenti bergerak, kini matanya pun berkaca-kaca. Namun, tak terlihat tetes air mata yang jatuh disana. Indah berlari menuju halaman rumahnya, ia tak kunjung menemukan motor Darma yang sedari tadi terparkir disana. Mesin mobil menyala, seketika Indah langsung bergegas pergi mencari sang pujaan hatinya, yang pergi begitu saja tanpa meninggalkan satu patah kata pun padanya.
Darma berhenti di sebuah fly over, membuka helmnya dan berteriak sekencang mungkin, tanpa ada rasa malu lagi di benaknya. Darma merasa kecewa karena Indah pacarnya sendiri sudah tak menghargai keputusannya, bahwa ia tidak pernah suka jika cerita tentang kehidupannya di tulis oleh seseorang atau bahkan di buat menjadi sebuah naskah yang nantinya akan menjadi novel, skenario dan film-film serta lain-lainnya. Darma tetap tak menyukainya meski sang penulis atau pembuatnya adalah Indah yang dimana dia adalah pacarnya sendiri. Darma pun tak suka ceritanya di publikasi. Baginya semua hal yang telah ia lalui itu adalah privasi baginya. Namun Indah melanggarnya dengan sengaja, tanpa sepengetahuan dirinya. Darma membuang naskah itu secara sembarang, ia tak mempedulikannya lagi. Ia pun merasa sangat kecewa terhadap apa yang sudah di lakukan pacarnya itu.
***