Setahun berlalu setelah kejadian yang menyakitkan itu. Kini Darma. Arman dan Ibu tinggal di rumah baru yang lebih bagus dan lebih besar tentunya. Darma merintis sebuah rumah produksi untuk membangun sutradara-sutradara dan sineas-sineas baru khususnya di Jakarta. Kini Darma sedang santai-santai saja sambil melihat jadwal pemutaran film di ponselnya, matanya tertuju dan tertarik ingin menonton film berjudul “CERITA CINTA & OBSESI” di hari itu juga. Ia mengajak Arman yang selalu saja setuju jika di ajak kemanapun. Semua persiapan sudah selesai, ia langsung berangkat menuju thearter karena takut kehabisan tiket.
Darma dan Arman kini sudah mendaptkan dua tiket dan kebetulan duduk di tempat favoritnya yaitu jajaran kursi di tengah. Tak lupa ia membelikan sang Adik camilan. Mereka masuk menuju ke dalam theater. Lampunya masih terang dan belum di matikan.
Film pun akhirnya di mulai, di tengah-tengah film Arman berbisik kepada sang Kakak. “A, kok ceritanya mirip sama cerita Aa sama Teh Indah dulu?” Memasukan satu persatu brondong jagung ke mulutnya. “Mungkin cuma kebetulan aja” Jawab Darma pada adiknya dengan berbisik-bisik.
Tak terasa film pun sudah berakhir dengan cepat. Sang sutradara menceritakan sedikit kisahnya tentang filmnya itu. Ia bercerita mulai dari mana ia mendapatkan ide untuk naskah film tersebut. Satu tahun lalu ia menemukan sebuah naskah yang tergeletak begitu saja di jalanan, ia pun memungutnya namun, ketika ia berniat mengembalikan kepada sang pemilik. Pemilik naskah itu sudah tak berada di Indonesia. Jadi film ini sebenarnya setengah fiksi, setengah kisah nyata menurutnya. Darma tiba-tiba saja berdiri menghadap kepada sang sutrada perempuan yang sangat cantik itu. Darma melangkah turun ke bawah melewati tangga meninggalkan Arman yang masih duduk di bangkunya. Darma menceritakan bahwa naskah itu ia buang satu tahun lalu di salah satu fly over di Jakarta. Dan sang sutradara membenarkan bahwa ia menemukanya tepat di tempat yang baru saja Darma katakan.