Darma Titah: Warisan Cinta di Tanah Sriwijaya

Tengku Dimas Permana
Chapter #2

Takdir Pertama

Keramaian pasar Sriwijaya semakin riuh. Matahari bersinar terik. Di gerbang pasar, sebuah tandu megah berhenti. Para pengawal berbaju kebesaran berdiri siaga. Seorang dayang dengan pakaian terbaiknya turun dari tandu, melambaikan tangan kepada kerumunan, berpura-pura menjadi sang Putri.

Candra Kirana: Berbisik pada dayangnya yang menyamar, suaranya tenang namun ada semangat di dalamnya Ingat, Ayu. Nikmati peranmu. Biar mata penduduk teralih padamu.

Ayu: Mengangguk, sedikit gugup namun patuh Baik, Yang Mulia. Hamba akan berusaha.

Candra Kirana, yang telah menyamar dengan kerudung menutupi sebagian besar wajahnya dan jubah sederhana, menyelinap keluar dari sisi lain tandu, membaur dengan kerumunan. Hanya beberapa pengawal terpercaya yang mengikutinya dari jauh, tak terlihat mencolok.)

Candra Kirana: Dalam hati, merasakan kebebasan yang langka Akhirnya... bisa merasakan pasar ini tanpa tatapan ingin tahu. Dan juga... mencari sendiri.

Ia berjalan perlahan, matanya yang tajam mengamati setiap lapak rempah, mencari yang 'berbicara' padanya. Ia melewati beberapa lapak, mencium aromanya, namun belum menemukan apa yang ia cari. Getaran aneh yang ia rasakan sejak pagi semakin kuat, menariknya ke suatu arah.

Candra Kirana akhirnya sampai di sudut pasar yang lebih tenang, tempat lapak Arya Wirasena berada. Aroma rempah dari lapak Arya terasa begitu murni dan berenergi baginya, seolah memiliki jiwanya sendiri. Ia merasakan getaran kuat yang selama ini membimbingnya.

Candra Kirana: Berhenti di depan lapak Arya. Ia menatap Arya yang sedang menimbang rempah, wajahnya tenang. seolah ada sesuatu yang familiar.

Arya, yang sedang menyerahkan bungkusan rempah pada seorang pembeli lain, tiba-tiba merasakan desir kuat yang menusuk hingga ke inti jiwanya. Firasatnya menjerit, bukan karena ancaman, melainkan karena sesuatu yang mendalam. Ia mendongak, dan pandangannya langsung bertemu dengan mata Candra Kirana yang tersembunyi sebagian di balik kerudung. Walau wajahnya tertutup, ada sesuatu di tatapan matanya yang sangat familiar, seolah ia telah mengenalnya.

Lihat selengkapnya