Di Istana Sriwijaya, Candra Kirana menghadap Raja, ayahnya. Suasana ruangan agung itu dipenuhi ukiran emas dan permadani sutra, namun Candra Kirana terlihat sedikit tegang.
Raja Diraja: Menatap putrinya dengan tatapan bangga, bagaimana hasil pencarianmu, Putriku? Upacara Perjalanan Suci sudah dekat, dan aku ingin memastikan semua persiapan berjalan sempurna.
Candra Kirana: Menunduk hormat, kemudian mengangkat kepala, Ampun, Ayahanda Raja. Hamba telah menemukan sebagian besar rempah yang dibutuhkan. Rempah-rempah yang hamba dapatkan di pasar tadi memiliki kekuatan yang luar biasa, seolah memiliki jiwa, persis seperti yang kita cari.
Raja Diraja: Mengangguk puas, Itu kabar baik, Putriku. Kejelianmu memang tak tertandingi.
Candra Kirana: Mengambil napas dalam, Namun, ada satu rempah, Ayahanda. Satu rempah langka yang kita butuhkan untuk menyempurnakan ritual. Konon, rempah ini hanya tumbuh di tempat yang sangat terpencil, jauh di pedalaman, di wilayah yang belum pernah terjamah manusia… di tanah yang pernah menjadi bagian dari Kerajaan Mataram Kuno yang telah lama hilang. Tanpa rempah itu, kekuatan upacara kita tidak akan mencapai puncaknya.
Raja Diraja: Mengernyitkan dahi, raut wajahnya berubah serius, Mataram Kuno? Wilayah itu... sudah menjadi legenda. Banyak yang percaya tanahnya dikutuk setelah bencana besar yang menimpa mereka. Aku khawatir, Putriku. Terlalu berbahaya.
Candra Kirana: Menggenggam tangannya, suaranya mantap, Hamba percaya, Ayahanda, rempah itu adalah kuncinya. Dan entah mengapa, hamba merasa yakin kita akan menemukannya. Ada suatu firasat yang membimbing hamba.