Darma Titah: Warisan Cinta di Tanah Sriwijaya

Tengku Dimas Permana
Chapter #10

Undangan Sang Putri

Pagi masih basah oleh embun ketika Arya melangkah meninggalkan gubuknya yang hancur. Setiap langkah mengeluarkan suara serapuh hatinya saat melihat sisa-sisa hidup yang ia bangun dalam diam. Asap tipis masih menggantung, seperti bayangan dari malam yang tidak sempat ia hapus.

“Aku harus mencari tahu siapa mereka…” bisiknya lirih, namun tekad di matanya mengeras.

Ia menuju pasar—satu-satunya tempat informasi dapat mengalir cepat, seperti air di sungai yang tak pernah tidur.

Begitu memasuki area pasar, ia merasakan keanehan. Orang-orang tidak sibuk menawar seperti biasa. Mereka berkumpul, membicarakan sesuatu dengan semangat, seperti burung yang menemukan biji langka.

Arya mendekati kios seorang pedagang tua yang sudah mengenalnya.

Pedagang Tua (dengan mata melebar):

“Arya! Kau sudah dengar kabarnya?”

Arya (menahan diri, pura-pura tenang):

“Kabar apa?”

Pedagang itu meraih selembar pengumuman dari tumpukan kulit kayu di meja. Ia mengibaskannya pelan, seolah sedang menunjukkan benda suci.

Pedagang Tua:

“Putri Candra Kirana mengeluarkan sayembara baru pagi ini! Para seniman dipanggil ke istana untuk mengukir lambang… lambang aneh yang katanya ditemukan oleh sang Putri.”

Arya membeku.

Sebuah getaran halus menjalar dari dada ke tengkuknya. Ia tahu apa yang sedang dibicarakan.

Arya (gemetar halus):

“Lambang… seperti apa?”

Pedagang tua itu membuka gulungan. Di sana, tergambar lambang Mataram Kuno—garis lengkung yang saling mengikat, simbol yang dulu hanya dimiliki oleh kesatria terpilih. Simbol yang seharusnya mati bersama negeri itu.

Dan kini… disebarkan ke seluruh Sriwijaya.

Arya menelan ludah, tenggorokannya terasa kering.

Pedagang Tua:

“Kupikir ini hanya hiasan. Tapi katanya… sayembara ini terkait rempah-rempah langka dari reruntuhan Mataram. Putri mencari seseorang yang bisa menemukannya.”

Arya menutup matanya sejenak. Semesta seakan sedang bermain dengannya.

Terdengar suara nyaring dari arah panggung kecil. Seorang utusan kerajaan berdiri tegak, membawa gulungan pengumuman resmi.

Utusan Kerajaan:

Lihat selengkapnya