Dasakriya; Dhalang Kraman dari Lembah Hulawardane

Juli Prasetya
Chapter #2

DASAKRIYA & SEMBILAN SENAPAN REGU TEMBAK

BAB 1

DASAKRIYA & SEMBILAN SENAPAN REGU TEMBAK

 

Pemberontak awalnya terlahir dari perlakuan penguasa yang tidak adil, seenak udelnya sendiri, dan tidak pernah sekalipun memikirkan nasib rakyatnya”

 

 

 

 

 

 

 

           Ketika sembilan senapan regu tembak pimpinan Kolonel Vandersen. mengarah tepat ke tubuh Dasakriya. Sekumpulan kenangan tiba-tiba muncul di hadapannya. Kenangan-kenangan itu bak melayang di udara, seperti dipanggil oleh aroma maut untuk yang terakhir kalinya. Sekumpulan kenangan itu kemudian bergantian lewat dan berputar. Fragmen-fragmen dan episode-episode hidup yang telah lewat itu kemudian saling berkelindan dan berebut menampakkan dirinya di depan Dasakriya, seperti sebuah film panjang yang sedang diputar.

Dasakriya jadi teringat di suatu sore yang jauh, saat udara dingin musim kemarau menusuk kulitnya. Saat itu ayahnya, Kramaseca mengajaknya menjaga hewan ternak ke punggung bukit yang diapit oleh lembah dan pegunungan. Di bawah pohon trembesi dan albasia, seringkali ia dan ayahnya beristirahat sambil melihat dari kejauhan kambing-kambing yang sedang memakan rumput di padang luas. Saat menunggu ternaknya, ayahnya mengajarkannya cara membuat wayang-wayangan berukuran kecil yang terbuat dari suket atau rumput kering dan bagaimana cara memainkannya. Kenangan itulah yang kemudian menjadi kenangan terjauh yang paling Dasakriya ingat.

Di bawah pohon Albasia dengan ditemani oleh suara burung sriti, dan suara sepoi angin musim kemarau yang mendesau pelan, Dasakriya kecil bermain wayang-wayangan suket buatan ayahnya, ia sangat bahagia sekali, sederhana, dan begitu ilahi.

Waktu itu Lembah Hulawardane merupakan perkampungan kecil yang diapit oleh lembah-lembah curam nan indah di kaki Gunung Gora. Rumah-rumah yang berdiri merupakan rumah berdinding gedheg, beralas tanah, beratap ijuk atau alang-alang, dan blarak, serta terdapat sebuah ruang pesucen di setiap halamannya, ruang untuk mengingat leluhur mereka, Danhyang Ubayun.

Lembah Hulawardane itu juga biasa disebut sebagai wilayah Jabanrangkah[1], yang hanya bisa dicapai dengan melewati jalan-jalan sempit nan terjal. Sebab pada kanan dan kiri jalannya merupakan dinding tebing curam, terjal dan dalam. Orang-orang yang ingin memasuki desa atau untuk menyeberang ke desa lain, mereka mesti menaiki perahu kecil, karena perkampungan itu dikelilingi oleh cabang anakan sungai Tlanjik yang begitu banyak dan panjang.

Di pinggir sungai Tlanjik, terlihat batu-batu cadas menyembul, seperti pualam yang baru saja disepuh oleh masa lalu dan sejarah panjang kenangan. Sungai itu terkenal dengan sebuah cerita mitos tentang Miyangga. Siluman air berbentuk kepala dengan rambut panjang terurai yang suka memangsa anak kecil yang keranjingan mandi di sungai. Para ibu-ibu di kampung sering menggunakan cerita siluman itu untuk menakut-nakuti anak-anaknya yang bandel, karena terlalu lama bermain di sungai.

           Sungai Tlanjik menjadi sungai yang sangat penting bagi orang-orang di kampung itu, karena air sungai digunakan oleh sebagian besar warganya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk menyeberang ke desa lain, orang-orang Hulawardane selalu menggunakan alat pengangkut air seperti perahu kecil, perahu cadik, atau rakit. Untuk menukarkan hasil tangkapan, mereka harus melewati sungai ini dengan menggunakan perahu menuju ke pelabuhan kecil di dekat kota Selarang.

Sungai ini juga menjadi sumber penghidupan dan kehidupan bagi para petani dan tanaman-tanamannya di sekitar tepi sungai. Tempat bagi para ibu-ibu rumah tangga mencuci pakaian, dan mandi. Dasakriya dan kawan-kawannya sering mandi di sungai Tlanjik dan kadang memancing bersama.

Tiap petang atau fajar menjelang, suara ricik air sungai terdengar mengalir begitu pelan dan jernih. Setiap kali Dasakriya membasuh muka dan meminum air sungai itu, ia seperti disirami dengan kesegaran dan kesejukan pagi. Aliran hulu sungainya berasal dari sebuah mata air kuno yang bernama Tuk Bima Lukar, konon tuk ini berada dari daerah yang dulu disebut-sebut sebagai tempat turunnya para dewa, sebuah negeri atas awan tempat Danhyang Kaladete tinggal. Aliran airnya terus mengalir ke hilir di dekat perbukitan keramat Srandil lalu bertemu dengan Samudera di Laut Selatan.

Lihat selengkapnya