Perjalanan mengantarnya pulang tidak jauh beda dari perjalanan tadi siang. Kakakku sibuk mengamati pemandangan sore hari kota ini. Seperti tadi, aku pun membiarkannya menikmati setiap waktunya yang berharga. Saat-saat seperti ini tidak akan dapat dirasakannya lagi. Semua kisah kami akan berakhir esok hari. Tidak akan ada lagi kesempatan kedua dan aku bersyukur karena hari ini impian terbesarnya untuk menghabiskan waktu bersamaku telah terwujud. Waktunya memang singkat, tapi memorinya akan kekal selamanya.
Hari sudah gelap ketika kami sampai. Suasana terasa sepi, tidak seperti tadi siang. Aku berjalan di sisinya mengantarkannya kembali. Air mukanya kini kelihatan lebih tenang dan damai. Ada sebuah keyakinan yang tertaut dalam hatinya. Meskipun kenyataan ini sulit dan pahit, dia sudah ikhlas dengan apa yang akan diterimanya esok hari.
“Ternyata sampai di sini saja perjalanan panjang kita selama ini. Tidak pernah kusangka kisah persaudaraan kita akan berakhir di tempat seperti ini. Tidak pernah sekalipun atau sedikitpun terlintas di benakku sejak kecil. Aku harap kau bisa menjaga dirimu baik-baik. Aku yakin kau bisa. Kau sudah membuktikannya selama aku tidak ada di sampingmu. Sebaliknya, kaulah yang selama beberapa bulan ini selalu ada di sampingku. Oh iya, keong mas ini untukmu. Kuharap kau bisa menjaganya dengan baik. Kalau kau merindukanku, kau bisa bicara dengan keong mas ini.” Dia terkekeh menyelesaikan kalimat terakhirnya sambil menyerahkan kantong plastik kotor yang berisi satu ekor keong mas hasil berburunya. “Ingat selalu kata-kataku. Kau akan jadi orang yang berbeda dariku. Kau bukanlah aku. Kita berbeda. Nasibmu tidak akan ditentukan oleh aku dan apa yang sudah kuperbuat.” Dia menggenggam tanganku dengan kuat dan lekat-lekat.