Chapter 2.1 Titik Pecah
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tidak ada satu pun peringatan yang bisa mempersiapkan dunia untuk hari itu.
Saat Menara Tesla meledak, tidak hanya langit yang pecah realitas pun runtuh. Gelombang energi melonjak tanpa kendali, menembus atmosfer dan menyapu jutaan satelit yang mengelilingi orbit bumi. Siang menjadi malam dalam hitungan detik, dan dalam keheningan sesaat sebelum kekacauan menyebar, seisi dunia membeku.
Zyyma ingat kilasan cahaya ungu terang meledak dari cakrawala saat ia dan teman-temannya sedang menyelesaikan uji sinkronisasi Soulcode akhir semester di ruang integrasi data kampus. Teriakan manusia bersahutan di segala arah saat antarmuka Soulcode meledak satu per satu. Tovan sempat mencoba menstabilkan sistem pribadi miliknya, tapi sinyal TeslaWave sudah tidak terkendali berubah menjadi gelombang liar yang mengacak data otak.
Dalam ketakutan, Axel berteriak bahwa sinkronisasi pusat telah gagal. “Ini bukan interferensi biasa! Arsitektur server utama runtuh!” katanya sambil menahan tangan Zyyma yang tubuhnya mulai bergetar hebat. Kirel, yang selama ini paling tenang, langsung menarik kabel port belakang dari tulang belakangnya sendiri, memaksa putus koneksi ke sistem kampus yang sudah tak karuan.
Saat ledakan menyapu kampus, langit pecah seperti kaca dihantam palu kosmik. Bangunan-bangunan yang selama ini menjadi simbol kemajuan teknologi berguncang hebat, kaca-kaca jendela mencuat keluar seperti peluru, dan pelataran integrasi data berubah menjadi kawah bercahaya.
Zyyma terseret ke dinding kaca yang retak, tubuhnya membentur keras. Ia merintih, namun sistem otomatis analgesik di tubuhnya tak aktif. Segalanya kacau. Debu dan cahaya data memenuhi ruangan. Suara-suara mahasiswa berubah menjadi jeritan, kemudian... diam.
Beberapa mahasiswa berlari, mencoba menembus portal darurat, namun antarmuka pengenal retina gagal mendeteksi mereka. Gerbang tak terbuka. Seorang mahasiswa mencoba memecahnya dengan kekuatan, namun malah meledak menjadi pecahan kode merah tereliminasi oleh sistem sendiri karena dianggap ancaman.
“Ada yang mengunci kita di sini!” teriak salah satu dosen, tubuhnya setengah transparan.
Zyyma menoleh ke sekeliling. Dinding kampus bergoyang seperti jalinan kabel longgar. Lantai bergelombang, seperti hologram rusak. Di sisi lain ruangan, seorang staf kampus menekan tombol terminal pusat dengan tangan gemetar, berharap sistem pemulihan darurat aktif. Tapi sistemnya tak merespons.
Di tengah kekacauan itu, Soulcode-soulcode para pengguna meledak satu per satu. Simbol sinkronisasi berubah menjadi titik merah, kemudian hilang. Data mereka menyebar seperti serpihan cahaya yang kemudian tersedot ke atas, masuk ke pusaran energi yang tumbuh besar di langit.
Teriakan... cahaya... lalu sunyi. Dunia kampus lenyap seperti file terhapus.