DATASOUL: Menara Tesla

Zayyem Myue
Chapter #19

Bab 1: Langit yang Memudar Chapter 1 Janji TeslaWave dan Bisikan Keraguan

 Tahun 2096 dimulai dengan kegelapan. Bukan kegelapan puitis yang menandai akhir sebuah era, melainkan kegelapan literal yang dingin dan merayap. Lampu-lampu kota di seluruh dunia, yang pernah menjadi konstelasi buatan manusia yang menantang malam, kini berkedip dan padam satu per satu seperti lilin yang kehabisan oksigen. Krisis energi yang telah diramalkan selama puluhan tahun akhirnya tiba, bukan sebagai gelombang pasang yang dahsyat, melainkan sebagai air bah yang naik perlahan, menenggelamkan peradaban dalam keheningan dan kedinginan.

 Pembangkit-pembangkit konvensional, monster-monster baja dan uap yang telah menjadi jantung industri selama dua abad, kini terbatuk-batuk dan sekarat. Permintaan dari populasi global yang terus melonjak telah melampaui kapasitas mereka, dan dunia yang dibangun di atas janji energi tak terbatas kini harus menghadapi kenyataan pahit dari kabel-kabel yang dingin dan mesin-mesin yang diam. Kepanikan adalah mata uang baru. Kerusuhan karena pemadaman listrik menjadi berita harian. Pemerintah-pemerintah di seluruh dunia, yang kekuasaannya bergantung pada stabilitas jaringan listrik, kini tampak impoten.

 Di tengah keputusasaan inilah sebuah janji baru dibisikkan, lalu diteriakkan dari layar-layar holografik yang masih menyala dengan sisa-sisa daya darurat. Janji itu bernama TeslaWave.

 Di panggung utama KTT Energi Global di Jenewa, Dr. Hena Vance, CEO dari Tesla Institute, berdiri dengan ketenangan seorang dewi di tengah badai. Di belakangnya, proyeksi tiga dimensi dari Menara Tesla yang ramping dan megah berputar perlahan, memancarkan cahaya biru yang menenangkan. Menara itu, yang direkonstruksi selama hampir satu abad oleh Tesla Institute dan berbagai organisasi rahasia lainnya, kini dipresentasikan bukan hanya sebagai sebuah bangunan, tetapi sebagai penyelamat.

 “Kita berdiri di ambang jurang,” suara Hena menggema di aula yang dipenuhi para pemimpin dunia dan jurnalis. “Infrastruktur energi lama telah gagal. Mereka adalah peninggalan masa lalu yang tidak lagi mampu menopang masa depan kita. Namun, kita tidak ditakdirkan untuk kembali ke zaman kegelapan. Kita ditakdirkan untuk berevolusi.”

 Ia menjeda, membiarkan kata-katanya meresap. “Nikola Tesla, seorang visioner yang hidup seabad sebelum waktunya, pernah bermimpi tentang dunia tanpa kabel, tanpa batas, di mana energi mengalir bebas seperti udara yang kita hirup. Proyeknya disembunyikan, ditekan oleh kepentingan politik dan industri minyak yang takut akan perubahan. Hari ini, kami tidak hanya menghidupkan kembali mimpinya. Kami menyempurnakannya.”

 Proyeksi di belakangnya berubah, menunjukkan animasi Bumi yang diselimuti oleh jaring energi biru yang tak terlihat. “TeslaWave bukan sekadar transmisi daya. Ini adalah arsitektur energi bersih yang baru, sebuah jaringan global yang ditenagai oleh satu menara pusat, mampu menyediakan energi tak terbatas untuk setiap rumah, setiap perangkat, setiap individu di planet ini. Tidak ada lagi polusi. Tidak ada lagi pemadaman. Tidak ada lagi krisis.”

 Janji itu begitu memabukkan, begitu sempurna, sehingga terdengar seperti sebuah mukjizat. Dan di dunia yang sedang bertekuk lutut, mukjizat adalah komoditas yang paling dicari.

 Namun, di barisan belakang, di antara kilatan kamera dan gumaman para analis, Arion Vex, seorang jurnalis investigasi dari The Sovereign Post, tidak merasakan harapan. Ia merasakan dingin yang berbeda, dingin yang berasal dari kalkulasi yang cermat. Baginya, krisis ini terasa terlalu tepat waktu, dan solusinya terasa terlalu totaliter.

 Selama berbulan-bulan, Arion telah menggali sejarah Tesla Institute. Ia tahu bahwa institut itu bukan sekadar lembaga penelitian. Ia adalah sebuah kekuatan korporat-politik yang beroperasi dengan status kenegaraan sendiri, independen dari hukum internasional. Ia tahu bahwa rekonstruksi Menara Tesla melibatkan "organisasi-organisasi rahasia" yang namanya tidak pernah muncul dalam catatan publik. Dan ia tahu bahwa janji energi gratis selalu datang dengan harga yang tersembunyi.

 Malam itu, di apartemennya yang remang-remang, yang ditenagai oleh generator pribadi yang berisik, Arion membuka arsip-arsip lamanya. Ia membaca kembali kisah-kisah tentang bagaimana proyek asli Nikola Tesla digagalkan oleh para industrialis yang melihat energi bebas sebagai ancaman bagi model bisnis mereka. Sejarah, pikirnya, memiliki kebiasaan buruk untuk mengulang dirinya sendiri, hanya dengan nama dan wajah yang berbeda.

Lihat selengkapnya