DATASOUL: Menara Tesla

Zayyem Myue
Chapter #24

Chapter 2 "Ketidakcocokan" Pertama


 

Malam di Technopolaris terasa seperti mesin yang sedang menahan napas. Udara dingin dan tajam, dipenuhi dengungan frekuensi rendah dari menara-menara data yang menjulang seperti jari-jari kerangka raksasa. Di setiap sudut jalan, layar-layar holografik raksasa memutar pesan yang sama berulang-ulang: gambar keluarga yang tersenyum, diselimuti cahaya biru lembut dari TeslaWave, dengan slogan yang berkedip di bawahnya: "Sinkronisasi adalah Kesatuan. Besok, Kita Menjadi Satu."

 

Bagi Arina Zaleska, pesan itu terasa seperti sebuah ancaman, sebuah epitaf yang ditulis sebelum kematiannya. Sambil berjalan menyusuri trotoar yang sepi, ia menarik kerah mantelnya lebih erat, mencoba menyembunyikan wajahnya dari sensor-sensor pengenal yang tak terhitung jumlahnya. Setiap langkah terasa berat, bukan karena dingin, tetapi karena beban dari apa yang akan ia lakukan dan apa yang telah ia tinggalkan. Gambaran wajah Kirel, putrinya, yang menatapnya dengan mata penuh percaya, terus berkelebat di benaknya. Sebuah pengorbanan untuk masa depan yang lebih baik, bisiknya pada diri sendiri, meskipun rasanya lebih seperti sebuah pengkhianatan.

 

Ia melewati sebuah galeri seni digital yang jendelanya menampilkan karya-karya yang dihasilkan oleh AI yang telah mempelajari emosi manusia. Semuanya indah, simetris, dan... kosong. Tidak ada kekacauan, tidak ada jiwa. Pemandangan itu memicu sebuah ingatan yang menyakitkan, salah satu "ketidakcocokan" pertama yang ia saksikan sendiri, yang menjadi retakan awal dalam keyakinannya pada Soulcode.

 

Namanya Elara, seorang pelukis yang karyanya pernah meledak dengan warna-warna yang mustahil. Lukisannya adalah badai emosi merah amarah yang membakar, biru kesedihan yang dalam, kuning harapan yang menyilaukan. Arina pernah membeli salah satu karyanya, sebuah kanvas yang menggambarkan kekacauan dan keindahan kota dalam sapuan cat yang liar. Elara adalah salah satu sukarelawan pertama untuk uji coba Soulcode tahap lanjut, percaya bahwa dengan menghubungkan kesadarannya, ia bisa "melukiskan perasaan seluruh dunia."

 

Arina ingat dengan jelas hari ketika ia mengunjungi studio Elara setelah sinkronisasi. Kanvas-kanvas baru berjejer di dinding, tetapi semuanya berbeda. Semuanya... abu-abu. Bukan abu-abu artistik, melainkan abu-abu data, abu-abu dari layar yang mati.

 

"Aku masih bisa melihat bentuknya," kata Elara saat itu, suaranya datar, matanya yang dulu berbinar kini tampak kusam. "Aku bisa melihat komposisinya. Sistem memberitahuku bahwa ini adalah kombinasi warna yang 'menenangkan' atau 'dinamis'. Tapi aku tidak bisa... merasakannya lagi. Warna-warna itu hanya... file data dengan label. Merah hanyalah #FF0000. Biru hanyalah #0000FF. Gairahnya hilang, Arina. Sistem telah mengoptimalkan jiwaku hingga yang tersisa hanyalah logikanya."

 

Saat itu, Arina mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini adalah kasus yang terisolasi, sebuah "efek samping yang bisa diperbaiki." Tapi kemudian datang kasus Leo, seorang pemain cello yang kejeniusannya terletak pada kemampuannya merasakan ritme waktu itu sendiri. Ia bisa memainkan sebuah komposisi dengan tempo yang berubah-ubah secara intuitif, mengikuti detak jantung emosinya. Setelah sinkronisasi, dunianya hancur. Waktu baginya menjadi sebuah konstanta yang kaku dan tak bisa diubah. Satu menit terasa persis seperti enam puluh detik, tidak lebih, tidak kurang. Kemampuannya untuk "bermain" dengan waktu, untuk mempercepat atau memperlambat musik sesuai perasaannya, lenyap. Ia menjadi metronom manusia yang sempurna, dan dalam kesempurnaan itu, seninya mati.

 

"Sistem ini tidak menyatukan kita," kata Leo padanya, sambil menatap selo di sudut ruangannya seolah itu adalah benda asing. "Sistem ini menyeragamkan kita. Ia memotong semua bagian yang tidak pas dengan cetakannya."

 

Namun, ingatan yang paling menghantui Arina, yang menjadi bahan bakar utama bagi misinya malam ini, adalah rekaman rahasia dari "Subjek Nol." Ia tidak pernah bertemu pria itu secara langsung, hanya melihatnya melalui layar observasi di laboratorium terdalam Tesla Institute. Pria itu adalah seorang penyair muda yang setuju untuk menjalani "sinkronisasi penuh" pertama, sebuah proses di mana seluruh kesadarannya akan diintegrasikan secara total dengan

 

TeslaGrid sebagai prototipe dari apa yang diimpikan oleh Hena Vance.

 

Arina ingat bagaimana ia dan tim ilmuwan lainnya menonton dengan napas tertahan. Awalnya, semuanya tampak normal. Data biometrik pria itu stabil. Aktivitas otaknya menunjukkan keadaan tenang yang mendalam. Tapi kemudian, anomali itu dimulai. Di sudut layar, log sistem mulai menampilkan baris-baris kesalahan yang aneh: ERROR: DATA MASS UNACCOUNTED. WARNING: SOUL ENTITY INTEGRITY COMPROMISED.

 

Di layar utama, tubuh fisik pria itu mulai bergetar. Tapi bukan getaran kejang. Itu adalah getaran frekuensi tinggi, seolah setiap atom di tubuhnya beresonansi dengan nada yang salah. Kemudian, hal yang tak terbayangkan itu terjadi. Ujung jarinya mulai menjadi transparan. Bukan menghilang, tetapi menjadi tembus pandang, seolah-olah materi fisiknya sedang ditulis ulang menjadi data murni dan ditarik ke tempat lain.

 

"Apa yang terjadi?" tanya salah satu teknisi muda, suaranya bergetar.

 

Lihat selengkapnya