Bab 3: Mereka yang Menolak Tenggelam
Chapter 1: Dunia Sebelum Kabel Jiwa
Sebelum jiwa-jiwa diikat dengan kabel data, dunia memiliki bau yang berbeda. Bau hujan yang membasahi aspal panas setelah hari yang terik, aroma kopi yang menyengat dari kedai di sudut jalan, dan yang paling penting, bau kertas tua yang memenuhi kantor Profesor Kenji Tanaka. Kantornya adalah sebuah anomali di zaman yang semakin steril ini; sebuah benteng yang terbuat dari buku-buku fisik, tumpukan jurnal, dan peta-peta kuno yang menceritakan kisah peradaban yang bangkit dan runtuh jauh sebelum kata Soulcode bahkan dibisikkan.
Kenji adalah seorang sejarawan ide. Ia tidak mempelajari perang atau raja, tetapi bagaimana sebuah gagasan seperti virus yang tak terlihat bisa menyebar, menginfeksi, dan pada akhirnya menaklukkan dunia. Dan akhir-akhir ini, sebuah gagasan baru yang sangat kuat sedang merayap masuk ke dalam kesadaran kolektif. Gagasan itu menjanjikan surga: dunia tanpa krisis energi, tanpa kejahatan, tanpa kesalahpahaman. Dunia yang ditenagai oleh TeslaWave dan disatukan oleh Soulcode.
Dari jendela kantornya di lantai dua belas, Kenji bisa melihat kota yang masih hidup dalam kekacauan yang indah. Lalu lintas yang semrawut, orang-orang yang berjalan dengan kepala tertunduk menatap terminal genggam mereka, papan-papan iklan neon yang berkedip-kedip menawarkan kebahagiaan instan. Semuanya tidak efisien. Semuanya tidak sempurna. Dan bagi Kenji, semuanya sangat manusiawi. Ia bisa melihat seorang kurir yang mengumpat karena hampir tertabrak drone pengantar, sepasang kekasih yang bertengkar di bangku taman, dan seorang anak kecil yang menangis karena balonnya lepas. Semua itu adalah data yang berantakan, data yang tidak bisa dikalkulasi, data yang akan segera dihapus oleh janji keteraturan yang sempurna.
Ia menyesap tehnya yang sudah dingin, matanya tertuju pada siaran berita yang diproyeksikan di dindingnya. Dr. Hena Vance, dengan wajahnya yang tenang dan meyakinkan, sedang menjelaskan visi masa depan. Ia tampak seperti seorang dewi dari zaman baru, berbicara dari atas mimbar digitalnya.
"...ini bukan tentang kontrol," kata Hena, suaranya yang termodulasi dengan sempurna terdengar dari speaker. "Ini tentang harmoni. Bayangkan sebuah dunia di mana kita bisa benar-benar memahami satu sama lain, di mana empati bukan lagi konsep abstrak, tetapi aliran data yang bisa dirasakan. Soulcode adalah jembatan itu. Dan TeslaWave adalah sungai yang mengalirkannya."
Kenji mendengus. Ia telah mendengar retorika semacam ini sebelumnya, dalam buku-buku sejarahnya. Setiap kali seseorang menjanjikan surga di bumi, biasanya mereka mulai dengan membangun sangkar yang sangat nyaman. Ia mematikan proyeksi itu, lebih memilih keheningan kantornya yang berdebu.