DATASOUL
: Resonansi Dunia Lama
Bab 1 Resonansi Atlantis
Chapter 1 Resonansi yang Belum Reda
Langit di atas Tesla Institute belum sepenuhnya jernih sejak keruntuhan TeslaGrid. Kilatan cahaya data masih sesekali memantul dari ujung menara pusat, meninggalkan bekas samar pada atmosfer sekitarnya. Di dalam ruang observasi utama, Zyyma dan tim berdiri mengitari panel kontrol Aeonark yang perlahan memetakan jalur berikutnya koordinat bawah laut, Atlantis.
"Kita sudah konfirmasi sinyalnya," ujar Kael sambil menampilkan proyeksi spasial. "Zona eksistensi biologis tua. Kedalamannya 8.400 meter, berada di bawah segmen keempat Samudra Atlantik. Nama identifikasi oleh sistem: ATL-01, Atlantis."
"Atlantis bukan hanya reruntuhan?" tanya Kirel.
"Bukan reruntuhan. Negara. Hidup. Sudah bangkit sejak Tesla pertama kali menyebar energi global. Tapi kita belum pernah ke sana karena ini pertama kalina bagi ia keluar dari wilayah Menara Tesla, padahal Atlantis terkeal sebagai negara terpopuler untuk tujuan destinasi" jawab Axel.
"Berarti kita akan menyelam?" tanya Tovan, setengah cemas.
"Bukan hanya menyelam," Senna bergumam. "Kita akan masuk ke dalam salah satu resonansi terdalam dunia lama."
Aeonark mengangkat dirinya perlahan dari landasan Tesla Institute. Desingan sunyi terdengar ketika sayap energi terlipat masuk dan pendorong gravitasinya menyala. Kapal itu melesat ke langit, menembus awan data, lalu berbelok menukik ke laut. Sesaat sebelum menembus permukaan, mereka melihat keindahan langka: awan bercahaya membentuk lingkaran di langit biru tua, dan di bawahnya, laut memantulkan semburan hijau-merah seperti retakan kaca.
Begitu menembus permukaan air, Aeonark menyesuaikan bentuknya. Sayap-sayapnya berubah menjadi sirip propulsi, dan tubuh kapal mengaktifkan pelindung kedap tekanan. Laut di luar jendela berubah menjadi dunia magis: kawanan ikan bercahaya melintas, terumbu karang menjulang seperti menara kristal, dan bayangan paus kolosal berenang perlahan di atas mereka.
"Ini... indah sekali," bisik Kirel.
Mereka terus menyelam, semakin dalam, hingga cahaya matahari tak lagi menjangkau. Dalam kegelapan total itu, cahaya dari langit samudra retak menyala kuat. Dan di bawah sana, akhirnya tampak: sebuah kubah raksasa transparan, memancarkan cahaya biru kehijauan. Kota itu melayang di atas dasar laut dalam semacam suspensi medan gravitasi. Pintu masuk utamanya terlihat seperti jalur spiral cahaya yang menyatu ke permukaan kubah.
"Atlantis," Zyyma berkata pelan.
Aeonark menyelusup perlahan menembus dinding pelindung. Meski terasa rapuh, pelindung itu membuka jalur otomatis, hanya karena Aeonark membawa virus yang dikenali oleh lapisan terdalam sistem biologis Atlantis.
Mereka memasuki ruang udara kota. Dalam kubah, cahaya berubah. Langit menjadi bias hijau transparan, dan gedung-gedung spiral menyala perlahan. Arsitektur Atlantis adalah perpaduan antara teknologi dan biologi. Tidak ada sudut tajam. Semuanya melengkung, bernafas.
Aeonark mendarat di pelabuhan komersial Distrik Limina, salah satu zona transit untuk pengunjung luar. Begitu mereka turun, pasukan kecil bersenjata ringan dan satu individu berpakaian formal menunggu mereka. Baru saja mereka menginjakkan kaki, individu berpakaian formal itu mendekati mereka.
"Salam kenal saya Jatos Almemora, Ketua Divisi Keamanan Wilayah Perbatasan Atlantis," kata pria itu, suaranya berat namun tenang. "Kehadiran kalian terdeteksi memaksa menembus dinding perlindungan sebagai anomali sinkronisasi. Namun system perlindungan mengizinkan kalian masuk, kami juga tidak mencatat ancaman langsung."
"Kami datang dari Tesla Institute, Tesla Tower. Kami ingin memahami sumber resonansi yang ditangkap sinyal Aeonark. Kami bukan musuh," jawab Zyyma.
Jatos mengangguk. "Karena medan dunia sedang retak, kami menutup jalur masuk. Tapi kalian datang dengan kapal yang membawa sinyal TeslaGrid. Sistem kami mengenalnya. Itu... mengkhawatirkan."