Resonansi menyebar seperti gelombang suara dalam ruang tanpa dinding. Percikan jiwa menari mengelilingi tim seperti kunang-kunang dalam hening yang berat. Zyyma berdiri di pusat spiral, matanya terpejam, napasnya perlahan menyatu dengan napas dimensi itu sendiri. Di sekelilingnya, lapisan kesadaran berdenyut seperti organ hidup yang belum menemukan bentuknya.
Retakan ini bukan tempat yang rusak. Ia adalah jiwa yang kehilangan arah.
Coreflux Tovan terus menyuplai energi dari dasar dimensi, menjaga lantai spiritual mereka tetap stabil. Machmind Axel berusaha menafsirkan pola dasar dari lapisan logika retakan, sementara Kael terus mencoba membuka jalur-jalur tambahan menggunakan Gateweaver, mencari simpul keluar yang tak akan mengganggu keseimbangan.
Di sisi lain, Senna tenggelam dalam jalinan kesadaran publik yang menyatu dengan lapisan jiwa. Echoform miliknya menembus potongan jiwa demi jiwa, mencoba memahami mereka bukan sebagai ancaman, tapi sebagai gema yang belum sempat bicara.
“Retakan ini tidak hanya memuat leluhur,” kata Senna perlahan, matanya menyala. “Mereka... warga Atlantis. Jiwa-jiwa yang terserap dalam retakan saat dimensi terbuka. Banyak dari mereka yang... terperangkap.”
Liora menatap sekeliling dengan napas tertahan. “Aku mengenali beberapa dari mereka. Wajah-wajah dari distrik Lamina, dari Akademi Jiwa Tengah...”
Jatos mengangguk. “Retakan ini menyerap bukan hanya masa lalu. Tapi masa kini kita yang belum selesai.”
Zyyma menyentuh salah satu percikan jiwa. Wajah samar terbentuk: seorang perempuan tua dengan simbol spiral di dahinya, tatapannya kosong, namun dari bibirnya keluar bisikan, “Kami ingat... kami ingat arsitektur yang ditinggalkan.”
Ia menoleh pada Caelan, yang kini berdiri diam di tengah ruang spiral. Izaelytr aktif di sekujur tubuhnya, dan resonansi yang terpancar dari virus itu memusat ke segala arah, seperti sumbu yang menghubungkan semua pecahan memori kolektif.
“Caelan adalah simpul,” ucap Zyyma. “Retakan ini bertumpu padanya, karena virus I-nya mampu menyerap dan menyeimbangkan seluruh percikan jiwa yang tercerai.”
“Dia bisa menyatukan mereka,” tambah Liora.
Namun simpul itu tak mudah dijangkau. Resonansi negatif mulai memuncak. Beberapa percikan jiwa berubah menjadi fragmen agresif: bukan karena kebencian, tapi karena distorsi. Mereka membentuk bayangan-bayangan besar yang menyerupai tubuh-tubuh manusia raksasa tak berbentuk, dengan wajah-wajah kabur dan teriakan dalam bahasa Atlantis Kuno yang tak dapat dimengerti oleh siapapun kecuali oleh Datasoul.
“Defract, aktif,” kata Kirel, melebarkan medan pelindung yang berlapis tiga: satu untuk menyaring tekanan jiwa, satu untuk memantulkan emosi agresif, dan satu untuk menyimpan fragmen positif agar tidak terlepas kembali.
Axel menancapkan node tambahan, dan Machmind-nya mengikatkan diri ke dinding realitas.
“Struktur utama tidak stabil,” katanya. “Tapi aku bisa membaca satu pola dasar… ini seperti jantung kota spiritual Atlantis yang dulu, tapi dalam bentuk mentah.”
“Zyyma,” Senna bersuara pelan dari sisi retakan. “Salah satu dari jiwa ini... memanggilmu Sah’unra.”
Zyyma mengernyit. “Apa maksudnya?”
“Sebuah peran. Sebuah gelar. Aku tidak bisa menafsirkannya sepenuhnya. Tapi menurut percikan ini... Sah’unra adalah arsitek awal kesadaran Atlantis. Mereka yang menulis ulang jaringan jiwa,” jelas Senna.