Dawuh

Sena N. A.
Chapter #1

Dawuh 1

Hembusan angin dari balik jendela tanpa tirai itu membuat kerudung putih, yang dipakai oleh seorang gadis berusia 17 tahun, melambai-lambai mengikuti pergerakan angin. Gadis itu kemudian menatap ke bawah, melihat sebuah buku tulis dengan sampul berwarna coklat polos. Pada bagian kanan atas terdapat tulisan ‘Naurroudlotul Ikrimah’ kelas I Ulya1

Beberapa detik kemudian, ia membuka lembar demi lembar buku yang penuh dengan tulisan berbahasa arab itu. Lalu … pandangannya tertuju pada jemari kecil yang menggoreskan tulisan arab di sebuah papan tulis berwarna hitam.

Tek ….

Tubuh setinggi 150 cm yang ada dihadapannya tampak membungkuk mengambil benda berwarna putih di atas lantai tegel berwarna merah maron. Beberapa detik kemudian, dia melanjutkan dua kata dalam tulisan arab. Lalu ia membalikkan tubuhnya untuk melihat 20 santriwati yang tengah menulis di atas dampar kayu. Ia meletakkan penghapus dan kapur tulis yang sedari ia pegang di atas meja kayu yang ada di sampingnya.

“Sudah?”

“Sudah,” jawab beberapa santri dengan menggunakan bahasa jawa halus.

“Belum ustadz Iin, sebentar,” jawab salah satu santri dengan name tag bertuliskan Khadijah, sembari mengangkat kedua tangannya.

Ustadzah Iin menghampiri santri tersebut. Sesampainya di tempat duduk santri, ustadzah Iin menggelengkan kepalanya dan berkata, “dari tadi ngapain aja kamu?”

“Hehe, sudah ustadzah,” jawabnya sembari cengengesan. Kedua tangannya menutup tulisan yang tergores di atas bukunya. 

“Baca bait ke 25 bersama-sama!” perintah Ustadzah Iin sembari berjalan ke tengah kelas.

Semua santri melafadzkan nadzom dengan lantang dan berirama.

فَارْفَعْ بِضَمَ وَانْصِبَنْ فَتْحَاً وَجُرْ ¤ كَسْــــــرَاً كَــذِكْرُ اللَّهِ عَبْــدَهُ يَسُـرْ

Warfa’ bidzoma wanshiban fathan wajur # kasron kadzikrullahi ‘abdahu yasur (Bait ke 25, nadzom alfiyah ibnu malik).

Ustadzah Iin menerjemah setiap kata berbahasa arap dalam nadzom dengan menggunakan bahasa jawa. Langkah kakinya menemani gerakan pena para santriwati yang menuliskan terjemahan nadzom tersebut. Sekejap tidak ada suara yang keluar. Langkah kaki Ustadzah Iin berhenti di sebuah meja. Ia meletakkan tangan kanannya yang masih memegang kapur tulis di atas meja.

“Ada yang tahu apa makna dari bait ini?”

“Tanda rofak itu dzommah, nashop itu fathah, dan jer itu kasroh Ustadzah. Contohnya dalam lafadz dzikrullahi ‘abduhu yasur,” jawab Ikrimah.

Ustadzah Iin terdiam. “Iya, benar Ikrim!” Ustadzah Iin kemudian menjelaskan isi dari bait dan memberi contoh pada masing-masing poin penting dalam nadzom.

“Nah, sekarang. Tahu apa tidak nasehat apa yang dapat kita ambil dari bait ini?”

Suasana kelas menjadi senyap. 

“Yang bisa menjawab nanti saya beri nilai tambahan untuk ujian,” kata Ustadzah Iin.

“Bonus berapa ustadzah?” tanya salah satu santri.

“Langsung dapat nilai 100 mawon ustadzah,” sahut santri yang lain.

“Iya, biar nanti di raport nilai nahwu enggak merah lagi, hehe,” tambah santri yang lain.

Ustadzah Iin berjalan ke tengah kelas. “Yang bisa memberi penjelasan makna kehidupan dari bait ini, Ustadzah kasih bonus nilai 20 dan saya belikan es krim, langsung pulang madin beli di koperasi. Kalian mau rasa apa atau harga berapa. Gratis ... tis.”

Beberapa santri berusaha memberi penjelasan terkait makna yang terkandung dalam bait tersebut. Tapi belum ada yang sesuai dengan harapan Ustadzah Iin.

Lihat selengkapnya