Dawuh

Sena N. A.
Chapter #2

Dawuh 2

“Ambilkan serbet sama pisau yang agak besar di dapur!” pinta Bu Nyai sembari mengguling-gulingkan Durian.

Ikrimah yang sedang duduk di lantai keramik bermotif awan, segera bangkit, berjalan menuju dapur.

Beberapa menit kemudian Ikrimah datang dengan membawa kain berwarna putih dan sebilah pisau dengan panjang besi 7 cm.

“Lah, bukan yang itu. Ambilkan yang agak besar lagi. Kalau sama pisau itu, mana bisa,” kata Bu Nyai melihat Ikrimah yang ada di tengah pintu. Bu Nyai mengamati buah durian berdiameter 20 cm yang ada di depannya dengan menahan dagunya menggunakan tangan kanan. Lalu menggeleng-gelengkan kepala.

Ikrimah berbalik arah segera mengambilkan pisau lain dari dapur.

Niki Bu Nyai?” tanya Ikrimah.

“Nah, iki bener.”

Bu Nyai berusaha membuka buah durian dengan menggunakan kain dan pisau. “Kamu tak ajari buka duren, sini!” kata Bu Nyai sembari melambaikan tangan.

Ikrimah duduk di hadapan Bu Nyai dan memperhatikan Bu Nyai yang sedang membuka durian.

“Cari ruas-ruasnya, lalu congkel seperti ini!” Bu Nyai terlihat membuka bagian bawah durian dengan menggunakan ujung pisau yang lancip. Lalu kedua tangannya menarik ujung buah durian yang telah terbuka, menggunakan bantuan kain yang sebelumnya telah menyelimuti duri-duri buah durian. “Ini nanti kasih Mbak-mbak di dapur juga! Ini buat kamu!” Bu Nyai menyerahkan durian yang telah terbuka ke dekat Ikrimah. “Apa disisakan buat anak-anak ...? Ya sudahlah,” potong Bu Nyai mengingat 3 anaknya yang sedang kuliah dan mondok di luar kota.

Ikrimah terpaku. “Loh, Bu Nyai mana?” tanya Ikrimah.

“Aku gak berani makan, takut darah tinggi. Kalau aku sakit bagaimana?” sahut Bu Nyai sambil tersenyum. Sedangkan tangan kanannya mengambil satu bagian dari durian yang telah ada di hadapan Ikrimah. Bu Nyai memejamkan mata dan menghirup aroma durian yang telah ada di tangannya. “Aku makan satu saja,” kata Bu Nyai.

Ikrimah hanya bisa terpaku melihat Bu Nyai memakan durian. Satu gigitan kecil di ujung buah durian membuat Ikrimah menelan ludah. Lidah Bu Nyai tampak melumat bibirnya yang terkena daging durian berwarna kuning.

“Hem .... Enak. Ayo makan!” ajak Bu Nyai.

Lihat selengkapnya