Day and Night

Stella
Chapter #1

Prolog

Lelaki itu seperti bangun dari tidur siangnya. Ia mengedarkan padangannya keseluruh penjuru. Hanya warna putih yang menyelimutinya. Tidak ada warna, barang, maupun orang selain dirinya. Ia benar-benar sendiri di tempat asing itu. Ia mulai bangkit berdiri, menatatap tubuhnya yang berbalutkan pakaian serba putih. Tak selang lama muncul sebuah monitor hologram, menampilkan bahwa mobil yang sedang dikendarainya menabrak sebuah pohon besar akibat menghindari pengendara sepeda motor yang muncul secara tiba-tiba. Tubuhnya bersimpah darah dan tak sadarkan diri.

"Aku sudah mati?" Ia bergumam tak mempercayai kejadian ini. "Ini tidak mungkin, aku belum mau mati." Ia berteriak seolah tidak dapat menerima kenyataan ini. Amarahnya tidak terbendung melihat dirinya mulai didatangi oleh banyak warga sekitar, meminta pertolongan untuk segera mengantarkan ke rumah sakit sebelum dirinya benar-benar tidak terselamatkan.

Suara dehaman mengalihkan perhatiannya. "Dimana kamu?" Ia kembali bertanya ketika menoleh tak mendapati siapapun. Lagi-lagi suara dehaman pun terdengar, namun dirinya tidak menemukan siapa-siapa. "Jangan jadi pengecut. Tunjukkan dirimu." Lelaki itu berteriak lebih keras lagi.

"Lihatlah kebawah." Lelaki itu menurut dan mendapati seekor kucing hitam sudah berada didekatnya. Ia tertawa terbahak-bahak, tidak mempercayai bahwa kucing itulah yang memberikan perintah kepadanya. "Kamu pasti sedang mengerjaiku, bukan?" Lelaki itu masih tertanya disela-sela ucapannya. Suara tawanya sangat keras. Perutnya mulai merasa kram. Beberapa air matanya pun sudah lolos dari kelopak matanya.

"Sebuah penghinaan." Kucing itu berbicara kembali. Gaya bicara yang berwibawa dan dingin, berhasil menghentikan tawanya. Kucing itu tiba-tiba merubah wujudnya menjadi sosok manusia berkepala kucing lengkap dengan pakaian super formalnya. Kucing itu memiliki tinggi yang lebih tinggi daripadanya. Ukuran tubuh si kucing juga jauh lebih besar, membuat Raditya harus mengadahkan kepalanya ketika hendak berbicara.

"Silakan, Yang Mulia Matthias." Sosok pelayan kucing yang menyerupai Dewa Matthias pun muncul, yang membedakan postur tubuhnya jauh lebih kecil dan mengenakan pakaian layaknya seorang buttler atau pelayan kerajaan. Dewa Matthias mengambil map hitam yang tertuliskan nama lengkap lelaki itu. Melihat namanya terukur dengan tinta emas pada map tersebut membuatnya bergidik ngeri.

Apa-apaan ini? Namaku ada disana? Batin lelaki itu.

Dewa Matthias membuka map hitam tersebut dan memindai informasi yang dibutuhkannya. "Jadi namamu Matt—Matt siapa?" Pertanyaan lelaki itu berhasil menghentikan aktivitas Dewa Matthias tentunya dengan menututup perlahan map yang dipengangnya.

"Sepertinya saya lupa memperkenalkan diri kepada manusia kurang ajar ini." Dewa Matthias menatatap lekat-lekat lelaki itu. "Perkenalkan saya adalah Dewa Matthias. Nama Matthias memiliki arti yaitu hadiah dari Tuhan, dengan kata lain siapapun yang bertemu dengan saya akan mendapatkan hadiah dari Tuhan melalui saya tentunya." Tatapannya masih tetap sama, yaitu dingin.

Lihat selengkapnya