De Na Nu La

Adiba
Chapter #6

Siqirli Qawwa (Kekuatan Magis)

Kaki kecil Na berlari menuju kamar nuansa merah muda. Letaknya di lantai atas tepat dibawah atap kaca.

Na kecil sangat menyukai bintang. Dia berharap menjadi Vena, bintang paling terang di konstelasi Lyara.

Vena itu memiliki kekasih bernama Alta. Bintang paling tampan di rasi Aqila. Sikapnya berani layaknya Elang. Vena juga mempunyai sahabat bernama Dena dari konstelasi Cyana. Dena sangat baik sampai sampai merelakan orang yang dicintainya untuk sahabatnya.

Banyak buku bintang langit yang di bacakan Leea untuk mengantar tidur siang Na. Sedangkan malam, Na akan menolak Ayah dan Ibunya menengok ke kamar.

Alasannya, Na suka bermain di malam hari. Seperti sekarang, dia baru kembali dari kamar pamannya, Leeo. Di sana tempat paling aman untuk bersembunyi dari Sir Dennis karena Leeo jarang di kamarnya. 

Tadi sore, untuk menguatkan kekebalan tubuh, seharusnya Na kecil dititik jarum. Suatu pengobatan menusukkan jarum ke jari manis untuk mengeluarkan darah kotor.

Akan tetapi, Na selalu kabur. Bagaimana tidak, walau sedikit tapi rasanya sakit sekali.

Apalagi Sir Dennis itu galak. Berbeda dengan Leeo. Menurut Na, pamannya itu adalah orang paling baik sedunia. Suka melontarkan lelucon lucu, menceritakan kisah misteri yang menarik dan memberi Na bunga terompet jingga, kesukaan Na.

Andai saja kekasih Leeo tidak sebanyak itu, pasti Na sering bermain dengan Leeo daripada harus memohon petak umpet bersama Nua. Ujung ujungnya, saat Na bersembunyi tidak pernah dikemukan. Na memang menang, tapi itu karena Nua yang enggan mencari.

"Ini kotak apa ya?" Na naik ke tempat tidur tanpa melepas sepatu kain, "mengapa tidak boleh dibuka?" Tangannya di dagu mengira ngira isi kotak milik Leeo, " apakah isinya singa jahat?"

Kotak kecil bersinar itu asalnya dari kamar Leeo. Karena Sir Arsitea ingin bertemu Leeo, kotak dititipkan ke Na. Entah apa gunanya dan mengapa harus dititipkan, Na kurang tahu.

"Apakah isinya lebah?" Kedua tangan Na mengangkat kotak itu lalu menggoyang goyangkannya di dekat telinga berharap mendengar sesuatu, " Kata paman Leeo, Sil Alsitea kan takut lebah."

Berbeda dari anak kecil lain, Na memang seperti nokturnal. Saat ini saja dia sama sekali tidak mengantuk.

Di pandanginya lagi kotak indah itu. Kini posisinya tengkurap seraya kaki diayunkan naik turun.

Jika muncul pertanyaan mengapa Na tidak disuruh tidur awal atau dijaga agar tidak mimpi buruk seperti anak seumurannya, jawabannya karena Na berbeda.

Sejak dia memasuki umur dua tahun, ketika akan ditemani tidur di malam hari Na menangis kencang. Tidak berhenti sebelum keinginannya terpenuhi. Yaitu tidak diganggu saat akan tidur.

Dia butuh ketenangan saat memandang bintang. Tidak heran jika kamarnya beratap kaca dan berada di lantai atas.

Satu tahun lalu saja, Na meminta menara belakang rumah istana sebagai kamarnya. Namun, Leeo dan Noa menentang keras. Awalnya Na menangis kacau seperti saat dua tahun lalu, tapi setelah diberi pengertian bahwa itu larangan, Na diam.

Bukan. 

Bukan karena patuh dan tidak lagi lagi mendekati larangan itu. Na hanya diam untuk membuat orang tua tenang.

Gila memang. Pemikiran anak balita itu setinggi rasi bintang yang disukainya.

Ketika rapat Sir Dewan, Na menyusup ke menara membuka gemboknya pakai jepit rambut.

Buah memang jatuh tidak jauh dari pohonnya.

"Aku penasalan. Jika kubuka, paman Leeo tidak akan semalah itu kan," maksud dari marah disini adalah sampai mengikat Na di pohon bunga terompet jingga dan Leeo melesatkan anak panah kearah Na.

Sebenarnya salah Leeo. Memberikan kotak yang tidak boleh dibuka pada anak yang sangat penasaran.

Harusnya Leeo belajar dari pengalaman. Dulu saja akibat cerita karangan, Na hampir membakar satu satunya jembatan di Na's Island

Di bukit dandelion, siang berawan Na dan Leeo berbaring di rumput. Ada Nua juga disana. Namun, sibuk membaca buku cinta Putri Fara Tesha, gadis yang serba sempurna.

Leeo sebal dengan tokoh buku yang tengah dibaca Nua karena Fara Tesha itu adalah mantan kekasih Leeo. Di kehidupan nyata gadis bernama Fara Tesha itu jauh dari kata sempurna. Memang parasnya cantik, tapi hatinya tidak.

Maka dari itu, Leeo menceritakan kisah buatannya sendiri yang berakhir tragis. Karena menurutnya tidak ada cinta yang sempurna.

Na mendengar dengan seksama. Tokohnya adalah Venya di wilayah Sevaqi dan lelaki impiannya, Pangeran dari Iboswa.

Mereka jatuh cinta tapi terhalang Sungai Revi. Aliran air deras yang memisahkan wilayah barat dan timur Na's Island.

Suaru hari, ada pemuda yang kasihan pada mereka. Kemudian ia membangun jembatan agar Venya dan Pangerannya bisa bertemu. Namun, pemuda itu dihukum mati.

Karena merasa bersalah, Venya dan Pangeran hanya satu kali menapakkan kaki di jembatan itu. Bisa dikatakan terakhir kali, sebab saat itu juga Venya dan Pangerannya bunuh diri bersama.

Akhir cerita seram itu malah membuat rasa penasaran Na memuncak. Leeo pun berkata, jika jembatan itu hilang, Venya dan sang Pangeran hidup kembali. 

Kalimat itu merasuki Na. Malamnya, Anak umur tiga tahun pergi sendiri ke jembatan. Membawa dua kayu genri yang jika digososkan dapat menghasilkan api.

Untung Nua curiga dengan gerak gerik Na setelah di kisahkan cerita oleh Leeo. Jadi, malam itu belum terlambat.

CKLEK

Kotak pandora terbuka.

"Isinya lebih belsinal," Na takjub. Matanya bersinar seperti silau akan benda di hadapannya.

Jangan salah paham. Isi kotak itu bahkan tidak bersinar seperti luarnya. 

Warna hitam. 

Ya.

Jubah kain berwarna gelap pekat.

Sangat antusias, Na mengangkat jubah itu seraya berdiri di atas tempat tidur. Layaknya mencoba gaun cantik, Na menggerak gerakkan ekor jubah hitam berharap bisa terbang.

Tudung jubah diturunkan sampai menutupi mulut. Pakaian yang berasal dari kotak ini sepertinya untuk ukuran dewasa karena di tubuh Na kebesaran.

Tapi itu tidak masalah. Mulut yang tertutup tudung itu bergumam tidak jelas. Mata Na tertutup berimajinasi menjadi penyirih.

Bosan sebentar, kini kakinya pun ikut lompat lompat ringan. Tangan kanan dikepalkan menunjuk ke atas. Mata tertutup berkhayal menjadi seorang pahlawan super.

"Aw!" Na mengaduh merasakan sakit di telapak kakinya merasakan sesuatu yang tajam.

Tubuhnya kembali duduk di atas selimut.

"Apa ini?" Na menemukan benda kecil berwarna merah muda. Agak runcing di salah satu sisi, "kuku palsu?"

Na mengira ngira. Mencoba memasangnya di di atas kuku jari manisnya.

"Cantik seka..."

TOK

TOK

TOK 

"Na?" Ketukan pintu dari luar membuat Na berhenti bergerak kaku. Bahkan mulutnya masih terbuka bukan menyahut panggilan, "Na's Munyil. Kau sudah tidur?" Itu suara Leeo.

Aduh!

Bagaimana ini?!

Kesadaran kembali pada Na. Dia harus menyembunyikan perbuatannya.

Bergerak hati hati turun dari tempat tidur, langkah Na berjinjit menuju lemari tengah.

Lihat selengkapnya