Beberapa hari setelah daftar ulang ini, aku tentu akan segera aktif belajar di kelas-kelas itu. Aku akan segera menempati sudut-sudut ruang di sekolah ini. Kawan, meski aku anak indigo, aku juga ingin seperti manusia biasa seperti kalian. Aku ingin seperti kalian yang pintar-pintar. Yaitu kalian yang punya cita-cita besar yang bermanfaat? Atau jadi orang sukses yaitu mereka yang sering disebut orang yang punya masa depan.
Pasphoto hitam putihku akan tertempel di Buku Induk siswa-siswi SMA DePotter. Sama persis dengan Photo yang Kangmas Afit dan kawan-kawan ’97 kirim di FB beberapa waktu lalu. Photo yang diambil dari arsip sekolah yaitu Buku Induk Siswa SMA di TU sekolah tahun angkatan sanga pitu. Bukan begitu teman?
Rajin sekali “Panitia Reuni DePotter Angkatan ‘97” ini mengemas acara ini. Demi sebuah acara reuni yang besar ini, kalian menyempatkan diri untuk datang ke sekolah meminta arsip angkatan 97 yang tertera di Buku Induk Sekolah, tentu hanya untuk dapati data-data kita, kawan-kawan angkatan “Angkatan ‘97” (Sanga Pitu) yang telah menyebar di ragam tempat tinggal, ragam nasib dan kisah hidup yang berbeda-beda.
Dan mulai tahun pelajaran 1994/1995 aku telah resmi terdaftar sebagai Siswa SMA DePotter (Gombong). Nomor registrasinya . tertera dalam buku induk itu.
Kawan, Photo kita tertempel di buku Induk SMA. Aku sangat bangga bisa belajar di sekolah ini. Sekolah di kaki bukit Sempor yang sejuk dan damai. Di arah barat laut, terlihat jelas tinggi menjulang Gunung Slamet yang agung. Aku belum memahami bahwa Gunung ini adalah pusat kekuasaan wilayah barat, Para Petinggi utara berkumpul di tempat ini. Akuwu hanyalah pejabat atau penguasa local di wilayah Supranatural Waduk Sempor.
Dan disatukan dengan waduk Sempor, keduanya menjadi kesatuan yang apik, antara tempat belajar dan tempat wisata yang eksotik. Inilah keindahan Waduk Sempor. Inilah pesona kesejukan di wilayah Kebumen Barat. Lewat novel ini, ingin kau sajikan. Sepenggal kisah tentang kita. Meski dalam balutan narasi imaginal, aku berharap kenangan kita bisa tertayang disana.
Sahabat, kalian datanglah ke tempat ini. Aku lupa apakah acara SMA angkatan kita, pernah di gelar di waduk ini. Seingat aku, sekolah ini tidak pernah mengadakan kegiatan di Sempor! Kecuali acara jalan-jalan santai mengitari perbukitan, ingat tidak? Waduk Sempor, tempat wisata eksotik kebanggaan kota kita. Next reunion angkatan ini, mudah-mudahan bisa digelar di waduk Sempor. Insya Allah.
Sabahat, lihatlah yang gagah menjulang di barat sana (Gunung Slamet yang agung. Nampak Jauh disana. Sebagai sumber kemakmuran). Disana para penghuni Utara berada. Mereka punya kehidupan sendiri. Dibalik semua penampakan itu, ada kehidupan supranatural yang tak terlihat. Ada banyak orang Utara yang jadi orang modern. Ada yang meninggalkan dunia supranatural, ada juga yang hidup di kedua alam ini.
Itulah Gunung Slamet. Tirta Kencana. Seperti bait dalam Lagu Keroncong Gunung Slamet. Di dekat Gunung itulah kami tinggal dan menjalani aktivitas. Di atas bukit itu bersemayam banyak keturunan Trah Utara, Trah Pengembara. Termasuk para Satria pegunungan yang menjelma dalam sosok burung-burung berbulu sangat keras bahkan tajam layaknya pedang dan cakarnya mencengkeram.
SMA D’Potter. Kakak aku pernah bilang bahwa kepanjangan dari DePotter adalah Dekat Pemotongan Ternak. Namun ada juga yang mengartikan DePotter dengan akronim Depan Potongan Ternak. Itulah sebabnya saat aku menulis Dekat di FB Group '97, ada yang komplain sebab memang ada dua pengertian yang berbeda. Satu mengartikan dengan kata“Depan’ dan Satunya lagi mengartikannya berasal dari kata “Dekat”, tapi keduanya sepakat untuk menggunakan kata DePotter yang mengesankan keren. Begitulah umumnya sekolah memiliki nama populer atau nama yang mudah diingat, keren.
Senyatanya SMA DePotter ini memang ada berdekatan rumah “Penyembelehan Hewan Ternak" tepatnya di sebelah utara pasar Wonokriyo. Dan salah satu akibat dari adanya potong ternak itu, bau menyengat kotoran sapi akan tercium di ruang belajar kita. Apalagi ruang kelas sisi selatan, dekat kantin pak Mario.
Bagiku ada yang menarik menyangkut penamaan DePotter yang mendompleng ketenaran Novel Harry Potter. Aku berani pastikan saat itu belum ada novel laris karya JK Rowling Harry Potter ini. Novel Harry Potter diterbitkan 26 Juni 1997, bertepatan dengan tahun angkatan kita Atau jangan-jangan JK Rowling yang mengadopsi nama Harry Potter dari SMA kita, DePotter? Hahahaha. Penamaan DePotter sekolah kita asli ide kita. Ide bapak ibu guru SMA kita. Sehingga dapat dipastikan pemberian nama itu tidak ada kaitan dengan Novel Harry Potter. Apalagi mendompleng ketenaran novel itu.
Hari senin itu, tanggal berapa, aku lupa. Bulan Juni tahun 1994. Saat proses daftar ulang bagi siswa baru SMA DePotter berlangsung. Saat itu adalah saat pertama aku bertemu dengannya.
Saat sosok dirinya datang ke sekolah ini, Saat ia memasuki areal gedung timur SMA, suasana mendadak berubah, sangat berbeda. Setidaknya aku yang merasakan. Angin yang yang tadinya bertiup seolah berhenti. Daun-daun kecil pohon beringin di halaman rontok, beterbangan, menggelinding, berputar dan terserak di atas tanah lapang yang kini lebih banyak bersemen. Sebuah Motor Honda lawas berhenti di parkiran, dari sana turun seorang wanita yang diboncengkan oleh seorang lelaki paruh baya, yang nampaknya ia adalah Ayahnya. Seorang lelaki yang nampaknya sangat kenyang dengan pengalaman hidup dan dunia kebatinan. Tatapannya sangat tajam. Penciumannya sangat kuat. Ia menangkap aura buruk. Dan itu tertuju padaku. Tatap matanya adalah bukti.
Aku menangkap kekuatan batin yang sangat kuat di diri orang ini. Meski ia berusaha menyembunyikan kekuatan, aku telah menangkap pancaran sinar kebatinan itu ada. Sinar batin berupa kekuatan Supranatural. Aku merasakan sangat kuat.
Ia melangkah menuju loket Panitia Penerimaan Murid Baru (PPDB) Tahun 1994. Aku sedang melihat gerak-geriknya. Aku terkagum-kagum padanya. Dalam hitungan waktu yang sekejap saja, aku sudah jatuh cinta. Aku terpaut padanya.
Kenapa aku mudah jatuh cinta? Karena ia istimewa. Karena ia sempurna. Aku kesini untuk mendapatkannya. Anggap saja itu sebagai misi terselubungku. Aku tak boleh jujur terbuka seperti ini. Jika Biyung tahu akan marah lah beliau. Biyung tak tahu. Itu salah satu cara agar aku bisa terbebas dari ikatan Penguasa Selatan. Walau tanpa tujuan itu (atau adanya Perjanjian Terlarang), aku pun akan tetap mengejarnya. Setiap lelaki pasti ingin memburunya.
Sekolah Depotter, adalah jalan tengah jika aku bisa membebaskan diri dari Pengaruh Selatan. Maka aku harus bisa menikah dengan Wanita Utara.
Perjanjian itu juga menyebutkan tidak diperbolehkan lelaki Tengah menikah dengan wanita Utara lalu lelaki tersebut mengikuti keyakinan Wanita. Jika lelaki Utara tunduk pada Keyakinan Tengah (Trah Jawa), itu baru diperbolehkan. Contoh mudahnya seperti apa yang terjadi pada Biyung. Romo mengikuti Tradisi Tengah (Kejawen). Walau ditengah Jalan, bapak beralih lagi dan tak lagi mengikuti tradisi tersebut.
Sekolah ini adalah tempatku bisa bergaul dan mengenal wanita Utara, agar aku bisa mengenal Wanita Utara.
Walau sangat sulit!
Saat berjumpa dengannya, aku tenang. Aku bertemu Wanita yang kuimpikan. Wanita terakhir dan terakhir. Wanita pendamping sejati di selama di dunia hingga tutup usiaku. Ia seperti wanita khusus yang dipilihkan tuhan untukku. Kunyatakan penuh keyakinan, padahal kenyataan belum tentu.
Selanjutnya, tak berapa lama. Dalam waktu yang sangat cepat aku telah terjebak dalam perangkap keterikatan Jiwa. Tunduk dan terikat padanya. Aku takluk padanya. Wanita yang kini sedang kutatapi bayangannya. Ia ada dalam memori Jiwa ini.
“Puisi Pengikat Kalbu” pun terucap. Tembang nya yang telah membuatku terikat padanya. Hanya menekuninya. Hanya dia dan hanya dirinya. Nadya.
***********************************
Aku adalah sosok kekasih
Aku adalah wujud yang kau cari
Aku adalah Batas-batas kita